I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara garis besar bahan ajar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri
dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap
atau nilai. Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang
memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Menurut National Center for
Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training dalam http://kuliahpunya.blogspot.com/
2009/12/bab-i-pendahuluan.html, bahan ajar merupakan segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis. Perolehan bahan ajar seharusnya tidak
hanya didapatkan dari satu sumber saja karena dengan diperolehnya bahan ajar
hanya dari satu sumber tidak akan dapat memaksimalkan hasil belajar. Siswa
tidak akan mendapatkan ilmu lebih, mereka hanya menghafal sebuah ilmu dan akan
melupakannya. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan bahan ajar yang
seharusnya dapat ditemukan oleh guru dari berbagai sumber atau bahkan dari
siswa itu sendiri. Pengembangan bahan ajar yang tidak hanya terpaku pada satu
sumber bahan ajar guru dapat mengembangkan kecerdasan siswa dan dapat pula
memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.
Secara sadar guru merencanakan kegiatan pengajaran
secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan
pengajaran (Djamarah, 2002). Salah satu masalah penting yang sering dihadapi
oleh guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan bahan ajar
atau materi pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai
kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau
silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk
materi pokok. Tugas guru adalah menjabarkan materi pokok tersebut sehingga
menjadi bahan ajar yang lengkap.
Menerapkan bahan ajar yang telah
dikembangkan , diharapkan diperoleh alternatif bagi guru dalam menyampaikan
suatu materi pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan berjalan lebih
optimal dan bervariasi dan pada akhirnya hasil belajar maupun aktivitas peserta
didik diharapkan juga meningkat.
Berdasarkan latar belang tersebut, penulis tertarik membahas tentang pengembangan
bahan ajar sehingga dapat menjadi
panduan pengetahuan guru dan mahasiswa calon guru untuk menghadapi tugasnya
sebagai guru dan pengembang bahan ajar.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
a. Apa saja prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar?
b. Apa saja
langkah-langkah dalam pemilihan bahan ajar?
c. Apa saja
model pengembangan bahan ajar?
d. Bagaimana
cara menentukan cakupan urutan bahan ajar?
.
Bagaimana penyusunan bahan ajar?
II.
PEMBAHASAN
A.Prinsip-prinsip Penyusunan bahan
ajar
Ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran, yaitu:
- Prinsip relevansi
Prinsip
relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada
kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya,
jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka
materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
- Prinsip konsistensi
Prinsip
konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian
bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka
materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.
- Prinsip kecukupan
Prinsipkecukupan
artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit,
dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu
banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya.
B.Langkah-langkah Pemilihan bahan
ajar
Materi pembelajaran yang dipilih
untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi
atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar
meliputi:
- Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar.
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi
aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau
dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar
kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam
kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi,
materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci
dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur
(Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa
nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama
bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa
pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa
dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema. Materi jenis
prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut,
misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau
cara-cara pembuatan bel listrik. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi:
pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi
pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan
rutin.
- Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis
fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu
jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan,
maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis
materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis
materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting
untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran
memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem
evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta
atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics),
sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
- Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi
4. Memilih
sumber bahan ajar.
Setelah
jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar.
Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber
seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual,
dsb.
C.Macam-macam Pengembangan Bahan
Ajar
Menurut Suparman (2004), ada tiga
macam pengembangan bahan instruksional, yaitu pengembangan bahan belajar
mandiri, pengembangan bahan pengajaran konvensional dan pengembangan bahan
model Pengajar, Bahan dan Siswa (PBS).
- Pengembangan Bahan Belajar Mandiri
Bahan belajar mandiri dikembangkan bila dalam pelaksanaan kegiatan
instruksional mahasiswa belajar secara mandiri tanpa tergantung kepada
kehadiran pengajar. Bahan instruksional tersebut adalah gurunya. Bahan belajar
mandiri mempunyai empat ciri pokok, yaitu:
a) Mempunyai
kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Uraian dalam bahan itu jelas sehingga
tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar atau sumber lain.
b) Dapat
dipelajari oleh mahasiswa sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Dalam
bahan tersebut telah terdapat petunjuk kapan mahasiswa boleh terus maju ke
bagian berikutnya dan kapan harus mengulang mempelajari bahan belajar yang sama
atau bahan yang lain. Mahasiswa yang mampu belajar dengan cepat dapat maju
terus tanpa perlu menunggu mahasiswa lain yang lebih lambat. Sebaliknya
mahasiswa yang lambat tidak perlu merasa tertinggal dan memburu kecepatan
mahasiswa yang lebih cepat.
c) Dapat
dipelajari oleh mahasiswa menurut wktu dan tempat yang dipilihnya.
d) Mampu
membuat mahasiswa aktif melakukan sesuatu pada saat belajar, seperti
mengerjakan latihan, tes atau kegiatan praktik. Mahasiswa belajar tidak
sekedar membaca buku, mendengarkan kaset audio/radio, melihat program video
atau televisi.
Untuk memproduksi bahan belajar mandiri, pendesain instruksional dengan
bantuan strategi instruksional melakukan langkah-langkah berikut ini:
a) Memilih
dan mengumpulkan bahan instruksional yang kebetulan tersedia di lapangan dan
relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi instruksional.
Bahan-bahan tersebut berbentuk buku, bab tertentu dalam buku, dan program media
udiovisual.
b) Mengadaptasikan
bahan instruksional tersebut ke dalam bentuk bahan belajar
mandiri dengan mengikuti startegi instruksional yang telah disusun sebelumnya.
Bila ternyata tidak ada yang sesuai, pengembang instruksional harus mulai
menulis bahan belajar sendiri.
c) Meneliti
kembali konsistensi isi bahan belajar tersebut dengan strategi instruksional.
d) Meneliti
kualitas teknis dari bahan tersebut, yang meliputi tiga hal sebagai berikut:
-
Bahasa yang sederhana dan relevan
Sedapat mungkin modul yang dikembangkan menggunakan bahasa yang mudah dan
konsisten dengan terminologi yang biasa digunakan dalam bidang pengetahuan yang
bersangkutan.
-
Bahasa yang komunikatif
Bahasa yang digunakan dalam modul disusun dengan bahasa yang mencerminkan
pembicaraan langsung dari seorang pengajar atau pelatih kepada seorang mahasiswa
yang membacanya atau mendengarnya.
-
Desain fisik
Desain fisik dari suatu modul, khususnya yang berbentuk media cetak, harus
artistik, rapi, menarik dan diketik dengan jelas serta tidak terlalu rapat.
Sedangkan desain fisik yang noncetak harus jelas bila didengar atau dilihat
gambarnya, baik kualitas bahan bakunya, pengemasannya maupun kemudahan dalam
menyimpannya.
- Pengembangan Bahan Pengajaran Konvensional
Bahan pengajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya karena yang menjadi
poin pokok kegiatan instruksional ini adalah pengajar dan bahan-bahan
pengajaran. Pengajar menyajikan isi pelajaran dengan urutan, metode dan waktu
yang telah ditentukan dalam strategi instruksional. Berikut ini adalah
langkah-langkah dalam mengembangkan bahan pengajaran konvensional:
a) Menulis
deskripsi singkat isi pelajaran tersebut yang disimpulkan dari seluruh
subkomponen D(Deskripsi Singkat) pada strategi instruksional untuk seluruh TIK
b) Menulis
topik dan jadwal pelajaran yang diangkat dari setiap subkomponen D dan waktu
yang dibutuhkan pengajar pada strategi instruksional.
c) Menyusun
tugas dan jadwal penyelesaiannya yang diharpakan dilakukan mahasiswa. Daftar
tersebut meliputi seluruh Latihan (L) yang terdapat dalam strategi
instruksional.
d) Menyusun
cara pemberian nilai hasil pelaksanaan tugas dan tes.
D.Cara
Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar
- Menentukan Cakupan Bahan Ajar: Untuk menentukan cakupan atau ruang lingkup materi
pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif
(fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik.
Selain itu, perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam
menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang
dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi
menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus
dipelajari/dikuasai oleh siswa. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy).
Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu
diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi
pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang
telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk
mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak,
terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar
yang ingin dicapai.
- Menentukan urutan bahan ajar: Urutan penyajian (sequencing)
bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau
mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi
pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite)
akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami
kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa
akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya
dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural dan
hierarkis.
a). Pendekatan prosedural yaitu
urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah
secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya
langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video
b) . Pendekatan hierarkis menggambarkan
urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.
Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari
materi berikutnya.
E.
Penyusunan Bahan Ajar
Salah satu bentuk bahan ajar cetak
yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa
(LKS). LKS merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar siswa dapat
mempelajari materi tersebut secara mandiri. Karenanya dalam LKS seharusnya memuat
materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Dalam LKS, siswa
pada saat yang sama diberi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi
tersebut. Selain itu dalam LKS dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk
memahami materi yang diberikan.
Ada beberapa langkah dalam mengembangkan LKS, yaitu:
1. Menganalisis
kebutuhan instruksional yang menghasilkan perilaku- perilaku umum yang dibuat dalam bentuk Tujuan
Instruksional Umum (TIU).
2. Menganalisis
tujuan instruksional dengan menjabarkan perilaku-perilaku umum dari TIU menjadi
perilaku-perilaku khusus yang menghasilkan perilaku-perilaku yang diharapkan
dimiliki oleh siswa.
3. Menganalisis
karakteristik siswa dan lingkungan menghasilkan perilaku- perilaku khusus yang sudah dimiliki oleh
siswa.
4. Merumuskan
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang diperoleh dariperilakuperilaku khusus
yang diharapkan dan perilaku-perilaku khusus yang sudah dimiliki siswa. Dalam
merumuskan TIK harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
a. Dirumuskan
dalam bentuk kalimat yang baik dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan(EYD)
b. Dalam merumuskan TIK harus mencakup format ABCD dan TIK harus ditulis dengan jelas dan detail.
5. Membuat
alat evaluasi dengan menggunakan Tes Acua Patokan berupa butir tes, di mana1
TIK minimal diuji dengan 1 butir tes.
6. Menyusun strategi instruksional
7. Membuat bahan ajar
a. Pengumpulan
materi. Tentukan materi dan tugas yang akan dimuat dalam LKS dan pastikan
pilihan ini sejalan dengan tujuan instruksional. Kumpulkan bahan/materi dan
buat rincian tugas yang harus dilaksanakan siswa. Bahan yang akan dimuat dalam
LKS dapat dikembangkan sendiri atau memanfaatkan materi yang sudah tersedia
(menyusun).
b. Cek
dan penyempurnaan. Ada empat variabel yang harus dilihat sebelum LKS dapat
dibagikan kepada siswa, yaitu:
1. Kesesuaian desain dengan tujuan instruksional.
2. Kesesuaian materi dengan tujuan instruksional.
3. Kesesuaian
elemen dengan tujuan instruksional. Pastikan bahwa tugas dan latihan yang
diberikan menunjang pencapaian tujuan intruksional.
4. Kejelasan
penyampaian, meliputi keterbacaan, keterpahaman dan kecukupan ruang untuk
mengejakan tugas.Untuk langkah penyempurnaan, mintalah komentar siswa, kemudian
lakukan evaluasi dan perbaikan seperlunya
III.KESIMPULAN
Pengembangan
bahan ajar adalah hal terpenting yang harus dilakukan oleh guru
dalam proses pembelajaran, hal ini karenakan dalam kurikulum atau silabus
materi bahan ajar hanya ditulisakan secara garis besar dalam bentuk materi
pokok. Tugas guru adalah menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi
bahan ajar yang lengkap.
Bahan
ajar berfungsi sebagai motivasi dalam proses
kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan materi
pembelajaran yang kontekstual sehingga siswa dapat belajar secara optimal.
Manfaat
yang dapat diambil oleh guru setelah mengembangkan bahan ajar
Adalah diperolehnya bahan ajar yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, tidak
tergsntung kepada buku teks yang terkadang sulit didapat, memperkaya
pengetahuan karena pengembangan bahan ajar ini menggunakan berbagai referensi,
membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan peserta didik
sehingga pesrta didik merasa lebih percaya diri.
IV.SARAN
Untuk
mengembangkan bahan ajar seorang guru hendaknya selalu memperhatikan
prinsip-prinsip penyusunan bahan ajar, memahami langkah-langkah dalam pemilihan
baan ajar, serta mengetahui macam-macam pengembangan bahan ajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2011) dalam http://pbsindonesia.fkip-uninus.org.
Diakses tgl 2 April 2013.
Bandono.
(2009) dalam http://bandono.web.id. Diakses tgl 2 April
2013.
Belawati, T.
(2010). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Djamarah,
B.S., & Zain, A. (2002). Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Furqon.
(2010) dalam http://www.tek-nologipendidikan.co.cc.
Diakses tgl 13 April 2013.
Gafur, A.
(2004). Pedoman Penyusunan Materi Pembelajaran (Instructional
Material. Jakarta: Depdiknas
http://kuliahpunya.blogspot.com/ 2009/12/bab-i-pendahuluan.html.
Diakses tgl15 April 2013.
Mulyasa, E.
(2006). Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Panen, P
& Purwanto, 1997. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen
Dikti Depdikbud
Suparman, A.
2004.Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Lampiran : Pengembangan Bahan Ajar dalam bentuk LKS
Satuan
Pendidikan : MTs Negeri I Palembang
Mata
Pelajaran
: IPA
Standar Kompetensi : Memahami kegunaan bahan kimia
dalam kehidupan
Materi
Pokok
: Zat Aditif dalam Makanan
Kelas/Semester
: VIII / Ganjil
lokasi
Waktu : 2 x 45 menit (2 jam
pelajaran)
Langkah 1:
Identifikasi Kebutuhan Instruksional dan Menulis Tujuan Instruksional Umum
(TIU)
Memahami kegunaan bahan kimia dalam
kehidupan
Langkah 2:
Melakukan Analisis Instruksional
1. Dengan
akses internet dapat memberikan contoh
Zat Aditif yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Dengan
akses internet siswa dapat menjelaskan
kegunaan dan efek samping penggunaan Zat aditif dalam kehidupan.
3. Dengan
membaca LKS siswa dapat menjelaskan
kegunaan zat aditif.
4. Dengan
membaca LKS siswa dapat menyimpulkan zat
aditif yang berguna dan yang berbahaya.
5. Melakukan
Observasi langsung kekantin sekolah
dapat mengidentifikasi
Zat aditif yang terdapat dalam makanan dan
minuman kemasan.
Langkah 3:
Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
1.
Siswa kelas VIII MTs N I Palembang dapat menggunakan internet sekolah
dengan laptop masing-masing dan mencari informasi tentang Zat aditif dalam
kehidupan sehari-hari, kegunaan dan efek samping, didampingi oleh guru.
2.
Siswa dapat mengkomunikasikan informasi yang didapat dihadapan
teman-temannya.
.
Langkah 4: Menuliskan Tujuan
Instruksional Khusus:
- Setelah menggunakan akses internet siswa dapat memberikan 5 contoh Zat aditif yang sering digunakan dalam makanan atau minuman.
- Setelah menggunakan akses internet siswa dapat menjelaskan kegunaan dari Zat Aditif yang terdapat dalam makanan atau minuman.
- Setelah melakukan akses internet siswa dapat menjelaskan efek samping dari zat aditif yang terdapat dalam makanan dan minuman.
- Setelah membaca LKS yang diberikan guru, siswa dapat menjelaskan kegunaan zat aditif dengan benar.
- Setelah membaca LKS siswa dapat menyimpulkan zat aditif yang berguna dan zat aditif yang berbahaya.
- Setelah melakukan observasi kekantin sekolahan siswa dapat mengidentifikasi 5 jenis zat aditif yang terdapat dalam kemasan makanan atau minuman.
Langkah 5:
Menuliskan Tes Acuan Patokan
TIK: Setelah menggunakan akses internet siswa
dapat memberikan 5 contoh Zat aditif
yang sering digunakan dalam makanan atau minuman.
Contoh Test/Soal
-
Tuliskan 5
macam zat aditif yang terdapat dalam makanan/minuman?
Tugas
kelompok
TIK: Setelah
melakukan observasi kekantin sekolahan siswa dapat mengidentifikasi 5 jenis zat
aditif yang terdapat dalam kemasan makanan atau minuman.
Mengidentifikasi
bahan kimia dalam bahan makanan kemasan.
Cara kerja:
1. Carilah
pembungkus atau kemasan makanan di sekitasmu!
Bacalah
komposisi bahan yang terdapat di bagian belakang pembungkus itu, lalu masukkan
dalam tabel berikut ini!
No.
|
Kemasan
|
Komposisi Bahan Kimia
|
1.
|
|
|
2.
|
|
|
3.
|
|
|
4.
|
|
|
5.
|
|
|
6.
|
|
|
7.
|
|
|
8.
|
|
|
9.
|
|
|
10.
|
|
|
Langkah 6 : Menyusun Strategi
Instruksional
Urutan kegiatan instruksional
|
Metode
|
Media
|
Waktu
|
|
Pendahuluan
|
Deskripsi
Singkat:
Pentingnya
Mengetahui macam-macam zat aditif pada makanan
Relevansi:
Dengan
Mengetahui Macam-macam zat aditif pada makanan , siswa dapat menentukan
makanan yang sehat dan yang tidak sehat.
TIK/Tujuan
Pembelajaran:
Setelah menggunakan akses internet siswa dapat memberikan 5 contoh Zat
aditif yang sering digunakan dalam makanan atau minuman.
|
Ceramah
|
Infocus
dan internet
|
10 Menit
|
Penyajian
|
Uraian:
Penjelasan
Latihan:
Meminta
siswa menyebutkan zat aditif daan kegunaan
|
Diskusi
dan tanya jawab
|
30 Menit
10 menit
|
|
Penutup
|
Tes
Formatif:
Pelaksanaan
test
Umpan
Balik: Penilaian terhadap jawaban siswa untuk menilai tingkat penguasaan siswa
Mengidentifikasi
kesulitan yang masih dihadapi oleh siswa
Tindak
Lanjut:
Penjelasan
kembali bagian-bagian yang belum dipahami oleh siswa
|
Ceramah
|
LKS
|
15 Menit
5 Menit
|
Langkah 7:
Penyusunan Bahan Ajar dalam Bentuk LKS
TIU: Memahami
kegunaan bahan kimia dalam kehidupan.
TIK: Setelah
membaca LKS yang diberikan guru, siswa dapat menjelaskan kegunaan zat aditif
dengan benar.
RINGKASAN
MATERI POKOK
Sehat atau tidaknya suatu makanan tidak tergantung
pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan atau aromanya tetapi tergantung
pada kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan
sehat jika mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh.
Setiap hari kita perlu mengkonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat
yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Agar orang tertarik untuk memakan suatu
makanan, seringkali kita perlu menambahkan bahan-bahan tambahanke dalam makanan
yang kita olah. Misalnya untuk menambah suatu rasa pada makanan kita
menambahkan garam atau gula. Kedua zat tersebut termasuk zat aditif makanan.
Zat aditif adalah bahan tambahan makanan yang
ditambahkan atau dicampurkan pada waktu pengolahan makanan. Zat aditif makanan
berfungsi untuk:
1. Memperbaiki
kualitas atau gizi makanan
2. Membuat
makanan tampak lebih menarik
3. Meningkatkan
cita rasa makanan
4. Membuat
makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat busuk
Zat aditif makanan dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Zat
aditf alami, yaitu zat aditif yang berasal dari sumber alami. Misalnya lesitin
dan asam sitrat
b. Zat
aditif buatan (sintetik), yaitu zat aditif yang berasal dari bahan kimia yang
memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia
maupun sifat/ fungsinya. Misalnya asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat
aditif dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:
1. Zat Pewarna
Pemberian zat warna pada makanan
atau minuman bertujuan untuk membuat makanan atau minuman tersebut
menjadi lebih menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat
pewarna makanan yang digunakan ada dua macam, yaitu:
a) Zat
pewarna alami, yaitu zat pewarna yang dibuat dari ekstrak bagian-bagian
tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari dari daun suji dan warna kuning
dari kunyit.
b) Zat
pewarna sintetik, yaitu zat pewarna yang dibuat dari bahan-bahan kimia,
misalnya warna merah dari alkanat dan warna kuning dari karoten.
2. Zat
Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah
rasa manis pada makanan atau minuman. Zat pemanis dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
a.Zat
Pemanis Alami, yaitu zat pemanis yang diperoleh dari tumbuhan seperti tebu dan
gula aren.
b.Zat Pemanis Buatan atau Sintetik, yaitu
zat pemanis yang diperoleh dari bahan-bahan
kimia, misalnya sakarin, natrium siklamat dan magnesium siklamat.
3. Zat
Pengawet
Zat pengawet adalah zat yang sengaja
ditambahkan pada makanan atau minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap
segar dalam jangka waktu yang lama, sehingga bau dan rasanya tidak
berubah, dan makanan dan minuman tersebut tidak cepat busuk atau terserang
jamur. Zat pengawet dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Zat
pengawet alami, yaitu zat pengawet yang berasal dari bahan-bahan alami,
misalnya garam yang digunakan untuk mengawetkan ikan dan kunyit untuk
mengawetkan tahu.
b. Zat pengawet
buatan atau sintetik, yaitu zat pengawet yang diperoleh dari bahan-bahan kimia,
misalnya asam cuka yang digunakan untuk mengawetkan acar.
4. Zat
PenyedapCita Rasa
Zat penyedap cita rasa sengaja
ditambahkan pada makanan untuk menambahkan cita rasa pada makanan tersebut. Zat
penyedap ada dua macam, yaitu:
a. Zat
penyedap alami, yaitu zat penyedap yang diperoleh dari bahan-bahan alami,
misalnya bawang merah, jahe, sereh, cengkeh dan pala.
b. Zat penyedap buatan
atau sintetik, yaitu zat penyedap yang diperoleh dari bahan-bahan kimia, misalnya Monosodium
Glutamat (MSG) dan Mononatrium Glutamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar