Minggu, 09 Juni 2013

INOVASI DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN



INOVASI DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN


I.          PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Perubahan merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Setiap orang atau organisasi pasti akan mengalami dan terpengaruh oleh perubahan. Dinamika perubahan lingkungan yang begitu cepat yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi menuntut sumber daya manusia yang smart people dan selalu belajar.
Masalah baru yang muncul tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan struktur dan pola pikir yang sama atau pengetahuan yang telah dikerjakan oleh organisasi di masa lampau. Sebagaimana diungkapkan Albert Einstein bahwa problem can be solved from the same consciousness that created it; we must learn to see the world anew. Organisasi yang tidak mau berubah atau beradaptasi dapat diibaratkan seperti dinosaurus yang akhirnya mengalami kepunahan. Untuk dapat beradaptasi maka organisasi harus melakukan learning.
Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas bagaimana pelaksanaan inovasi pendidikan dan kaitannya dengan inovasi dalam organisasi, maka pada makalah ini, berturut-turut dijelaskan tentang pengertian inovasi dalam organisasi dan kepekaan organisasi terhadap inovasi.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian inovasi dalam organisasi?
2.    Bagaimanakah kepekaan organisasi terhadap inovasi?
3.    Bagaimanakah langkah-langkah proses inovasi dalam organisasi?

C.      Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui pengertian inovasi dalam organisasi.
2.    Mengetahui kepekaan organisasi terhadap inovasi.
3.    Mengetahui langkah-langkah proses inovasi dalam organisasi.



II.       PEMBAHASAN
A.      Pengertian Inovasi dalam Organisasi
       Sebelum kita membahas pengertian inovasi dalam organisasi, sebelumnya kita akan menjelaskan pengertian organisasi itu sendiri. Organisasi menurut pendapat Rogers adalah suatu sistem yang stabil, yang merupakan perwujudan kerjasama antara individu-individu, untuk mencapai tujuan bersama, dengan mengadakan jenjang dan pembagian tugas tertentu. (Ibrahim, 1988 : 129). Orang membuat organisasi agar dapat mengerjakan tugas rutin dalam keadaan stabil (mantap). Adapun syarat-syarat organisasi adalah sebagai berikut :
a)      Memiliki tujuan yang dirumuskan dengan jelas. Dengan rumusan tujuan yang jelas, akan mempermudah untuk menentukan struktur dan fungsi organisasi tersebut.
b)      Memiliki pembagian tugas yang jelas. Suatu organisasi pasti terdiri dari beberapa posisi yang semuanya mempunyai tanggungjawab dan tugas yang jelas. Meski memungkinkan adanya pergantian orang dalam suatu organisasi, namun tugas dan fungsi masing-masing posisi itu tidak berubah dan tetap pada tujuan organisasi.
c)      Memiliki kejelasan struktur otoritas (kewenangan). Tidak semua posisi dalam organisasi memiliki kewenangan yang sama. Dan dalam pengaturan kewenangannya diperjelas tentang pertanggungjawaban setiap posisi.
d)     Memiliki aturan dasar/umum (tujuan, syarat susunan pengurus dll) dan aturan khusus (perincian kegiatan, cara pembentukan pengurus dll) atau biasa disebut dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
e)      Pola hubungan informal. Organisasi yang sangat ketat, penuh dengan birokrasi kaku dan sangat formal akan menghilangkan unsur manusiawi dalam kinerja antar anggotanya. Maka suatu organisasi haruslah menggunakan pola informal dalam hubungan antar anggotanya untuk menghilangkan ketegangan dan bisa lebih akrab namun tetap bertanggung jawab satu sama lain.
Organisasi merupakan sesuatu yang telah melekat dalam kehidupan kita, karena kita adalah makhluk sosial. Kita hidup di dunia tidaklah sendirian, melainkan sebagai manifestasi makhluk sosial, kita hidup berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Organisasi yang selama ini kita kenal merupakan sesuatu yang tidak berwujud atau abstrak yang sulit dilihat tetapi bisa kita rasakan manfaatnya. Keberadaan organisasi dalam kehidupan bermasyarakat dapat kita rasakan, walaupun organisasinya sendiri tidak bisa kita lihat maupun kita raba. Untuk menjadi kongkret maka organisasi tersebut memiliki nama jenis tertentu seperti Universitas Sriwijaya. Organisasi Universitas Sriwijaya tidak bisa kita lihat atau raba, tetapi kita bisa merasakan adanya bermacam-macam peraturan seperti keharusan memiliki Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas Sriwijaya, adanya peraturan akademik yang mengatur sistem pembelajaran, dan menunjukkan adanya organisasi yang melingkupi dan mengatur kehidupan akademik civitas akademika.
       Sedangkan pengertian inovasi itu sendiri adalah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri (Udin Syaefudin, 2010 : 3).  Dengan melihat secara singkat apa pengertian organisasi dan pengertian inovasi, maka kita dapat memperoleh gambaran bahwa di dalam sebuah organisasi juga memungkinkan terjadinya sebuah inovasi. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa inovasi dalam organisasi adalah sesuatu hal yang baru yang berupa apapun yang terjadi di dalam sebuah organisasi baik formal maupun organisasi informal. Inovasi yang terjadi dalam sebuah organisasi merupakan proses kemajuan organisasi tersebut, namun berbagai hambatan dan rintangan akan terjadi saat inovasi itu mulai memasuki organisasi. Dengan memahami proses inovasi dalam organisasi setidaknya akan dapat mengurangi kegoncangan organisasi dalam melaksanakan difusi inovasi.
                                                                                                               
B.       Kepekaan Organisasi Terhadap Inovasi
       Kepekaan sebuah organisasi terhadap munculnya inovasi dipengaruhi oleh beberapa variabel berikut ini (Ibrahim, 1988 : 131):
1.      Ukuran suatu organisasi. Makin besar ukuran suatu organisasi makin cepat menerima inovasi.
2.       Karakteristik struktur organisasi, yang mencakup:
a.       Sentralisasi. Kewenangan dan kekuasaan dalam organisasi dikendalikan oleh beberapa orang tertentu. Hal ini mempunyai hubungan negatif terhadap kepekaan organisasi.
b.      Kompleksitas. Artinya suatu organisasi terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian dan pengetahuan yang tinggi. Hal ini mempunyai hubungan positif terhadap kepekaan organisasi.
c.       Formalitas. Artinya organisasi ini selalu menekankan pada prosedur dan aturan-aturan baku dalam berogranisasi. Hal ini mempunyai hubungan negatif terhadap kepekaan organisasi. Makin formal sebuah organisasi, makin sulit menerima inovasi.
d.      Keakraban hubungan antar anggota. Hal ini juga jelas mempunyai hubungan positif terhadap kepekaan organisasi. Makin akrab hubungan antaranggota, maka makin cepat organisasi itu menerima inovasi.
e.       Kelenturan organisasi. Artinya sejauh mana organisasi mau menerima sumber dari luar yang tidak ada kaitannya secara formal. Hal ini mempunyai hubungan positif terhadap kepekaan organisasi. Makin lentur organisasi, makin cepat organisasi itu menerima inovasi.
3.      Karakteristik perorangan (pemimpin). Sikap pimpinan terhadap inovasi memliki hubungan positif dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi. Ketika seorang pemimpin memiliki sikap yang terbuka terhadap inovasi maka semakin cepat organisasi itu menerima inovasi.
4.      Karakteristik eksternal organisasi. Hal ini berkaitan dengan sistem yang di anut oleh organisasi. Apabila organisasi tersebut menganut sistem terbuka dalam arti mau menerima pengaruh dari luar sistem, maka organisasi tersebut akan cepat menerima inovasi.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi organisasi dalam mengimplementasikan sebuah inovasi :
a.       Life Cycle
Seperti halnya manusia, suatu organisasi juga mengalami siklus hidup dengan berbagai tingkatan dan perkembangan (Sperry, Mickelson, dan Hunsaker, 1977). Tingkat perkembangan organisasi pada saat inovasi diajukan akan mempengaruhi nilai perubahan organisasi.
b.      Culture
Semua organisasi memiliki budaya masing-masing. Kebudayaan yang ada akan mempengaruhi bagaimana penerimaan terhadap inovasi. Walaupun terkadang tidak selalu inovasi dan kebudayaan yang ada pada organisasi cocok.
c.       Strategic Plan
Salah satu aspek yang mendukung implementasi inovasi adalah adanya rencana strategis organisasi. Ketika inovasi selaras dengan rencana strategi organisasi, maka pelaksana inovasi mempunyai tambahan argument kuat untuk mendapatka dukungan manajemen dan meyakinkan kelompok user.
d.      External Conditions
Akan selalu ada kondisi eksternal yang mempengaruhi organisasi. Hal-hal semacam ini harus juga dipertimbangkan ketika mengaplikasikan sebuah inovasi. Karena hal tersebut akan memberikan pengaruh yang signifikan secara tidak langsung terhadap jalannya inovasi dan organisasi.

C.      Proses Inovasi dalam Organisasi
Proses inovasi adalah serangkaian  aktivitas yang dilakukan oleh individu
atau organisasi, mulai sadar atau tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi.  Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan.  Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara orang satu atau organisasi satu  dengan yang lain tergantung kepada  kepekan orang atau organisasi  terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi  itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung serta perubahan apa saja yang terjadi dalam inovasi, maka hasilnya diketemukan pentahapan proses inovasi.  Untuk memperluas wawasan tentang pentahapan proses inovasi, berikut akan kami tunjukan berbagi model pentahapan dalam proses inovasi baik yang berorientasi pada individu maupun yang berorientasi pada organisasi.
Dari berbagai model proses inovasi tersebut, yang akan kami bicarakan lebih terperinci adalah model (Zaltman, Duncan, Holbek, 1973) dan model (Rogers 1983)
 Beberapa model proses inovasi yang berorientasi pada individu:
1.      Lavidge & Steiner (1961)
Menyadari – mengetahui – menyukai – memilih – mempercayai – membeli.
2.      Rogers (1962)
Menyadari – menaruh perhatian – menilai – mencoba menerima (Adoption).
3.      Colley (1961)
Belum menyadari – manyadari – memahami – mempercayai – menagmbil tindakan.
4.      Robertson (1971)
Presepsi tentang masalah – manyadari – memahami – menyikapi – mengesahkan – mencoba – menerima  (Adoption) – disonansi.
5.      Rogers & Shoemaker (1971)


                                                Pengetahuan
                                                Persuasi  (sikap)
                                                Keputusan

Menerima                                                                                Menolak
 

                                                Konfirmasi
Beberapa model proses inovasi yang berorientasi pada organisasi:
1.    Milo (1971)
a.       Konseptualisasi
b.      Tentatif Adopsi
c.       Penerimaan Sumber
d.      Implementasi
e.       Institualisasi
2.    Shepard (1967)
a.       Penemu ide
b.      Adopsi
c.       Implementasi
3.    Hage & Aiken (1970)
a.       Evaluasi
b.      Inisiasi
c.       Implementasi
d.      Routinisasi
4.    Wilson (1966)
a.       Konsepsi perubahan
b.      Pengusulan perubahan
c.       Adopsi dan Implementasi
5.    Zaltman, Duncan & Holbek (1973)
                               I.            Tahap permulaan (inisiasi)
a.    Langkah pengetahuan dan kesadaran
b.    Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
c.    Langkah keputusan
                            II.            Tahap implemantasi
a.     Langkah awal implementasi
b.    Langkah kelanjutan pembinaan
Berikut ini diberikan uraian secara singkat proses inovasi dalam organisasi menurut Zaltman, Duncan dan Holbek (1973). Zaltman dan kawan-kawan, membagi proses inovasi dalam organisasi menjadi dua tahap yaitu tahap permulaan dan implemntasi. Tiap tahap dibagi dalam beberapa langkah:
       I.            Tahap Permulaan (initation stage)
a.    Langkah pengetahuan dan kesadaran
Jika inovasi dipandang sebagai suatu ide, kegiatan, atau material, yang diamati baru oleh unit adopsi (penerima inovasi), maka tahu adanya inovasi menjadi masalah pokok. Sebelum inovasi dapat diterima oleh calon penerima harus sudah menyadari bahwa ada inovasi, dan dengan demikian ada kesempatan untuk menggunakan inovasi dalam organisasi. Sebagaimana telah kita bicarakan pada waktu membicarakan proses keputusan inovasi, maka timbul masalah yang dulu tahu dan sadar ada inovasi atau merasa butuh inovasi.
        Jika kita lihat kaitanya dengan organisasi maka adanya kesenjangan penampilan (performance gaps) mendorong untuk mencari cara-cara baru atau inovasi. Tetapi juga dapat terjadi sebaliknya karena sadar akan adanya inovasi, maka pimpinan organisasi merasa bahwa dalam organisasinya ada sesuatu yang ketinggalan, kemudian merubah hasil yang diharapkan, maka terjadi kesenjangan penampilan.
b.   Langkah  pembentukan sikap terhadap inovasi
        Dalam tahap ini anggota organisasi membentuk sikap terhadap inovsai. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa  sikap terhadap inovasi memegang peranan yang penting untuk menimbulkan inovasi untuk  ingin berubah atau menerima inovasi. Paling tidak ada dua hal dari dimensi sikap yang dapat ditunjukan anggota organisasi terhadap adanya inovasi yaitu :
1)      Sikap terbuka terhadap inovasi, yaitu ditandai dengan adanya:
Ø  Kemauan anggota organisasi untuk mempertimbangkan inovasi.
Ø  Mempertanyakan inovasi (skeptic)
Ø  Merasa bahwa inovasi akan dapat meningkatkan kemampaun organisasi dalam menjalankan fungsinya.
2)      Memiliki persepsi tentang potensi inovasi yang ditandai dengan adanya pengamatan yang menunjukan:
Ø  Bahwa ada kemampuan bagi organisasi untuk menggunakan inovasi
Ø  Organisasi telah pernah mengalami keberhasilan  pada masa lalu  dengan menggunakan inovasi
Ø  Adanya komitmen atau kemauan untuk bekerja dengan menggunakan inovasi serta siap untuk menghadapi kemungkinan timbulnya masalah dalam penerapan inovasi.
Dalam mempertimbangkan pengaruh dari sikap anggota organisasi terhadap proses inovasi, maka perlu dipertimbangkan juga perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh organisasi formal. Akan terjadi disonansi apabila terjadi perbedaan antara sikap individu dengan perubahan  tingkah laku.
Penerima disonansi terjadi apabila anggota tidak menyukai inovasi, tetapi organisasi mengharapkan menerima organisasi. Sedangkan penolak disonan apabila anggot amenyukai tetapi organisasi menolak inovasi. Menurut Rogers disonansi dapat berkurang dengan dua cara:
1)        Anggota organisasi merubah sikapnya menyesuaikan dengan kemauan organisasi.
2)        Tidak melanjutkan menerima inovasi, menyalah gunakan inovasi, disesuaikan dengan kemauan anggota organisasi.
Untuk melancarkan proses inovasi , perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang dapat meningkatkan motivasi sert atersedianya sumber bahan pelaksana.
c.    Langkah pengambilan keputusan
        Pada langkah ini segala informasi mengenai  potensi inovasi dievaluasi. Jika menganggap inovasi itu dapat diterima dan ia senang menerimanya maka inovasi akan diterima dan diterapkan dalam organisasi. Demikian pula sebalioknya, jika unit tidak menyukai dan menganggap inofasi tidak bermanfaat maka ia akan menolak.

    II.            Tahap Implementasi (implementation stage)
            Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan oleh anggota organisasi ialah menerapka inovasi, ada dua langkah yang dilakukan yaitu:
a.         Langkah awal (permulaan) implementasi
Organisasi mencoba menerapkan sebagian inovasi. Misalnya setelah dekan memutuskan bahwa dosen harus membuat persiapan mengajar denagn model Satuan Acara Perkuliahaan, maka pada awal penerapannya setiap dosen diwajibkan membuat untuk satu mata kuliah dulu, sebelum nantiny akan berlaku untuk semua mata kuliah.
b.         Langkah kelanjuta pembinaan penerapan inovasi.
Jika pada penerapan awal telah berhasil, para anggota telah memahami serta memperoleh pengalaman dalam menerapkannya, maka tinggal melanjutkan dan manjaga kelangsunganya.








Model Proses Inovasi Rogers (1983)
TAHAP-TAHAP PROSES INOVASI DALAM ORGANISASI
                               I.            Tahap Inisiasi (Permulaan)
Kegiatan pengumpulan infromasi, konseptualisasi, dan perencanaan untuk menerima inovasi, semuanya diarahkan untuk membuat keputusan menerima inovasi.
1.      Agenda Seting
Semua permasalahan umum organisasi dirumuskan guna menentukan kebutuhan inovasi, dan diadakan studi lingkungan untuk menetukan nilai potensial inovasi bagi organisasi.
2.      Penyesuaian (matching)
Diadakan penyesuaian antara masalah organisasi dengan inovasi yang akan digunakan, kemudian direncanakan dan dibuat disain penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi.
                            II.            Tahap Implementasi
3.      Re-definisi/ Re-Strukturusasi
Inovasi dimodifikasi dan re-invensi disesuaikan situasi dan masalah organisasi.
Struktur organisasi disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat menunjang inovasi.
4.      Klarifikasi
Hubungan antara inovasi dan organisasi dirumuskan dengan sejelas-jelasnya sehingga inovasi benar-benar dapat diterapkan sesuai yang diharapkan.
5.      Rutinisasi
Inovasi kemungkinan telah kehilangan sebagian identitasnya, dan menjadi bagian dari kegiatan rutin organisasi. (sudah hilang ke baruannya).

III.             KESIMPULAN
Inovasi merupakan perubahan yang direncanakan oleh organisasi dengan kegiatan yang berorientasi pada pengembangan dan penerapan gagasan-gagasan baru agar menjadi kenyataan yang bermanfaat dan menguntungkan. Proses inovasi dapat dianalogikan sebagai proses pemecahan masalah yang di dalamnya terkandung unsur kreativitas. Dalam hal inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus melibatkan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti kepala sekolah, guru, dan siswa.
Keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu faktor tertentu saja, tetapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas. Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak selamanya berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain adalah penolakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh baik dalam perencananaan maupun pelaksanaannya. Sementara itu inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti, karena para pelaksana dan pencipta sama-sama terlibat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Oleh karena itu, mereka masing-masing bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu inovasi yang mereka ciptakan.
Tantangan di era globalisasi dan informasi perlu dimanfaatkan sebagai peluang untuk meningkatkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Harus diakui bahwa keunggulan proses belajar mengajar dapat dikembangkan melalui proses inovasi pendidikan dengan paradigma baru, yaitu pendidikan dengan mendayagunakan SDM, teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu diperlukan suatu penyebarluasan (difusi) agar semua pihak, baik insan pendidikan maupun masyarakat umum dapat terlibat secara langsung melakukan gerakan pembaruan (inovasi) pendidikan.

                              

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sa’ud, Udin Syaefudin. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Robby Maulana Putra, http://robymaulana.blogspot.com/2011/02/inovasi-dalam-organisasi.html diakses tanggal 10 Mei 2013.
kinanth.googlecode.com/.../INOVASI%20DALAM%2...‎ Diakses 10 Mei 2013
smartlima.wordpress.com/.../inovasi-dalam-organisasi-...‎Diakses 10 Mei 2013