Rabu, 10 April 2013

KEINOVATIFAN DAN KATEGORI ADOPTER


PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individual atau organisasi, mulai sadar atau tahu adanya inovasi sampai implementasi inovasi. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara orang atau masyarakat satu dengan yang lainnya, tergantung kepekaan orang atau masyarakat terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalau terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
Dalam wacana ilmu komunikasi, ada teori yang dinamakan Diffusion of Innovasion yang dikemukakan oleh Everett M. Rogers (1983). Teori ini membahas mengenai bagaimana sebuah inovasi baru dapat di adopsi oleh masyarakat. Masyarakat penerima inovasi tersebut oleh Rogers dinamakan sebagai  adopter (pengadopsi).
Faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan pihak  adopter dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak produk suatu inovasi  jika dikaitkan dengan pemikiran Everett M. Rogers (1983) dalam diffusion of innovasion dipengaruhi oleh 5 (lima) karakteristik  inovasi yaitu :
a.    Relative advantage ( Relatif Keuntungan)
Para  adopter akan menilai apakah suatu  Inovasi  itu relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang  lainnya .Untuk  adopter  yang menerima secara cepat  suatu inovasi , akan melihat inovasi itu  sebagai sebuah keunggulan .
b.    Compatibility (Kecocokan)
Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman  dan kebutuhannya.
c.    Complexity (Kompleksitas)
Adopter juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi . Artinya bagi individu  yang lambat  mamahami dan menguasainya  tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan  pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
d.   Trialability
Mempunyai kemungkinan untuk diuji coba terlebih dahulu oleh para adopter untuk mengurangi ketidakpastian mereka terhadap inovasi itu.
e.    Observability
Mendorong adopter untuk  memberikan penilaian apakah inovasi itu  mampu meningkatkan status sosial mereka di depan orang lain sehingga dirinya akan dianggap sebagai orang yang inovatif.
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam keinovatifan dan kategori pengadop inovasi sebagai berikut:
a.    Pengertian Keinovatifan
b.    Kategori Adapter
c.    Strategi Difusi Inovasi Pendidikan terhadap Pengadop Inovasi
3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a.       Untuk mengetahui pengertian Keinovatifan
b.      Untuk mengetahui kategori Adopter
c.       Untuk mengetahui strategi Difusi Inovasi Pendidikan terhadap Pengadop Inovasi




PEMBAHASAN
1.    Pengertian Keinovatifan
Keinovatifan (Innovativeness) adalah sejauh mana individu atau unit adopsi lain relatif  lebih awal dalam mengadopsi ide-ide baru dari anggota lain dari suatu sistem.http://www.google.co.id/images/cleardot.gif Keinovatifan lebih menunjukkan perubahan perilaku yang nyata, yang menjadi tujuan utama dari sebagian besar program difusi, daripada hanya perubahan kognitif maupun sikap. Keinovatifan merupakan perilaku utama dalam proses difusi. (Everett,1995).
Menurut Rogers (1995), keinovatifan adalah tingkat yang berkenaan dengan seberapa lama seseorang/kelompok/sistem sosial lebih dahulu dalam mengadopsi ide-ide baru dari konsep-konsep difusi inovasi dibandingkan dengan yang lain.
Keinovatifan menjadi perubah utama dalam proses difusi inovasi yang disponsori oleh agen perubahan. Pada negara berkembang keinovatifan dipandang sebagai salah satu indikator kesuksesan program-program pembangunan. Keinovatifan menunjukan perubahan tingkah laku yaitu tujuan akhir program difusi bukan hanya pikiran dan sikap.
Inovasi di sini yaitu sebagai sasaran yang dapat menjadi instrumen untuk melakukan perubahan sosial sedangkan keinovatifan merupakan tingkat pengadopsian dari kelompok masyarakat dan juga menjadi ciri pokok masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan.
Proses perubahan tergantung pada waktu, objek dan sasaran. Ada yang gampang menerima atau bahkan sebaliknya yaitu sulit menerima atau menerima tetapi memerlukan waktu yang sangat lama.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang namanya keinovatifan adalah sebuah proses seseorang dalam menerima gagasan, objek yang menyangkut metode, strategi baru dan produk kategori lebih awal apabila dibandingkan dengan yang lain dalam system sosialnya. Lamban atau cepatnya dalam menerima inovasi melalui beberapa etape dan ini sangat tergantung pada individu penerima, karakteristik inovasi dan karakteristik lainnya yang individu itu berada di dalamnya.
2.    Kategori Adopter
     Adopter adalah orang yang memakai atau menerima suatu inovasi. Adopter dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuan inovasi mereka (innovativeness) dan berdasarkan kecepatan mereka mengadopsi suatu inovasi yang diperkenalkan.
     Dalam suatu sistem sosial tidak semua individu mengadopsi sebuah inovasi pada waktu yang sama. Pada kenyataannya, mereka mengadopsi dalam kurun waktu yang bertahap sehingga dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori adopter (penerima) berdasarkan kapan mereka pertama kali menggunakan inovasi. Kita bisa menggambarkannya dengan menggunakan kategori adopter, yaitu klasifikasi anggota suatu sistem berdasarkan keinovasian (innovativeness) mereka. Setiap kategori adopter terdiri dari individu dengan tingkat inovasi yang serupa. Jadi, kategori adopter adalah alat yang memudahkan dalam menggambarkan anggota sistem.
   Kita mengetahui lebih banyak tentang inovasi yaitu derajat tingkat kepada perorangan atau unit lain dari adopsi secara relatif lebih awal mengadopsi gagasan baru dibanding anggota suatu syatem yang lain, dibanding sekitar konsep lain di dalam riset difusi. Sebab inovatif ditingkatkan adalah sasaran para agen perubahan yang utama, itu menjadi variabel dependent yang utama di dalam riset difusi. Inovatif menandai adanya perubahan tingkah laku terang, tujuan yang terakhir yaitu kebanyakan program difusi, dibanding/bukannya teori yang baru atau tindakan yang seringkali berubah. Maka inovatif adalah suatu garis alas tentang jenis perilaku di dalam proses pembauran.
Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujukan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah diuji oleh Rogers (1961). Yang diklasifikasikan atas lima kategori yaitu:
a.  Inovator (Innovators)
Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini memiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
b.  Pengguna awal ( Early Adopter)
Kelompok ini lebih  lokal dibanding kelompok inovatorKategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
c.  Mayoritas awal (Early Majority)
Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
d. Mayoritas akhir (Late Majority)
Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentinganekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
e.  Tradisional / Kolot/ Terlambat (laggards/avoiders)
Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki  pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.

Dengan pengetahuan tentang kategorisasi adopter ini dapatlah kemudian disusun strategi difusi inovasi yang mengacu pada kelima kategori adopter, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal, sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing kelompok adopter. Hal ini penting untuk menghindari pemborosan sumber daya hanya karena strategi difusi yang tidak tepat. Strategi untuk menghadapi adopter awal misalnya, haruslah berbeda dengan strategi bagi mayoritas akhir, mengingat gambaran ciri-ciri mereka masing-masing (Rogers, 1983). Secara gamblang digambarkan Rogers sebagai berikut:
1.    Inovator (Innovators) : Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirnya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi.
2.    Pengguna awal ( Early Adopter) : 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi.
3.    Mayoritas awal (Early Majority): 34% yang menjadi para pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4.    Mayoritas akhir (Late Majority): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5.    Tradisional / Kolot/ Terlambat (laggards/avoiders): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumber daya terbatas.

3.    Strategi Difusi Inovasi Pendidikan Terhadap Pengadop Inovasi
Strategi adalah suatu cara atau tehnik untuk meyebarkan inovasi. Dalam proses penyebaran inovasi tidak dapat dilakukan secara cepat, maka perlu suatu proses dan butuh waktu. Oleh karena itu penyebaranyapun perlu menggunakan strategi-strategi yang dahsyat.
Dalam proses penginovasian akan lebih mudah diterapkan jika menggunakan sebuah tehnik-tehnik tertentu yaitu melalui strategi yang dahsyat. Dengan adanya strategi-strategi yang dahsyat maka hambatan-hambatan inovasi akan lebih mudah diatasi.
Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program perubahan sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, maka strategi yang tepat sangat diperlukan. Oleh karenanya kecermatan yang amat cermat dalam penggunaan strategi yang pas harus dicari dan diujicobakan.
Strategi - strateginya yaitu antara lain:
1.    Strategi Fasilitatif
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan strategi fasilitatif maknanya adalah untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakannya yaitu penyediaan fasilitas dengan maksud agar program sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar.
Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan,. merasa perlu adanya perubahan, bersedia menerima bantuan dari luar dirinya, dan memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki dirinya.
2.   Strategi Pendidikan.
Dengan strategi pendidikan, orang harus belajar lagi tentang sesuatu yang telah dipelajari tetapi terlupakan, sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap baru. Strategi pendidikan dapat berlangsung efektif, dan perlu mempertimbangkan perihal berikut yaitu antara lain: Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai.
Disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan adanya, sumbangan dana, donator, serta penunjang yang lain. Digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan sebelumnya. Strategi pendidikan akan kurang efektif jika : Tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan dan digunakan tanpa dilengkapi strategi yang lain.


3.    Strategi bujukan.
Strategi bujukan tepat digunakan bila klien tidak berpartisipasi dalam perubahan sosial. Berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses pengambil keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial. Strategi bujukan tepat jika masalah dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan masaalah kurang efektif serta pelaksana program perubahan tidak memiliki alat control secara langsung terhadap klien.
4.    Strategi Paksaan.
Strategi dengan cara memaksa klien untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan partisipasi klien terhadap proses perubahan rendah dan klien tidak merasa perlu untuk berubah.
Tujuan diadakannya inovasi perlu dimengerti dan diterima oleh guru, siswa, orang tua serta masyarakat. Harus dikemukakan dengan jelas mengapa perlu ada inovasi. Motivasi positif harus digunakan untuk memberikan rangsangan agar mau menerima inovasi.
Motivasi dengan ancaman, yaitu mengajak agar orang mengikuti yang dilakukan oleh orang lain atau dengan menasehati agar orang menghindari kegagalan, belum tentu dapat berhasil.
Planing tentang evaluasi keberhasilan program inovasi. Kejelasan tujuan dan cara menilai keberhasilan penerapan inovasi, merupakan motivasi yang kuat untuk menyempurnakan pelaksanaan inovasi.




PENUTUP
Kesimpulan
Dengan memperhatikan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keinovatifan dan kategori pengadop inovasi itu memiliki suatu keunikan yaitu Inovasi sebagai sasaran/instrumen untuk melakukan perubahan sosial dan keinovatifan merupakan tingkat pengadopsian dari kelompok masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan.
Dalam menerima inovasi, pengadopsi dikategorikan dalam lima kelompok yaitu : innovator, pengguna awal, mayoritas awal, mayoritas ahir dan laggard. Selain itu dalam hal inovasi banyak hambatannya. Untuk itu perlu taktik dan strategi yang dahsyat yaitu antara lain: Strategi Fasilitatif, Strategi Pendidikan, Strategi bujukan dan Strategi Paksaan.











DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarman. 2003. Agenda Pembaharuan sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 
Ibrahim.1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti
Ihsan, Fuad.1995. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Rogers, Everett M.1983. Diffusion of innovations. New York: The Free Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar