Rabu, 08 Mei 2013

JARINGAN DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN


       I.                        PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang

Difusi inovasi merupakan langkah cerdas pemanfaatan jaringan sosial di masyarakat untuk selanjutnya terjadi adopsi inovasi sebagaimana yang dikehendaki oleh inovator. Inovasi dan perubahan merupakan dua kata yang tak terpisahkan. Dalam setiap inovasi terjadi perubahan, namun tidak semua perubahan disebut inovasi. Rogers (1983 : 11) menjelaskan, inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima meskipun sudah lama tahu.
Dalam prakteknya difusi inovasi tidak semudah memahami teorinya,sebab dalam difusi perlu adanya jaringan difusi yang membantu dalam menyebarkan sebuah inovasi. Jaringan difusi merupakan salah satu aspek yang dibutuhkan dalam sebuah inovasi dikarenakan tanpa adanya jariangan maka inovasi tersebut tidak akan berhasil sehingga dampaknya inovasi tersebut tidak berkembang.
Inovasi akan bermakna jika diterapkan atau diadopsi, sebab jika inovasi tersebut tidak diterapkan atau diadopsi maka inovasi tersebut hanya akan menjadi inovasi yang tidak berguna. Dalam upaya adopsi dikenal strategi sentralisasi dan strategi desentralisasi yang merupakan bagian dari jaringan difusi.
Manusia adalah makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari saling membutuhkan dan karenanya terjadi komunikasi, saling mempengaruhi. Kualitas informasi ditentukan oleh konten dan cara menyampaikannya serta kecocokannya dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.  Jaringan ini tumbuh dan menjadi sistem sosial di masyarakat yang sangat bermanfaat untuk melakukan disfusi inovasi. Perubahan akan terus terjadi, namun perubahan yang diharapkan adalah yang sesuai dengan inovasi terutama di bidang pendidikan.  



B. Rumusan Masalah
      1.  Apa pengertian dari jaringan difusi ?
      2.  Bagaimana alur model komunikasi dalam jaringan difusi ?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
  1. Pengertian dari jaringan difusi
  2. Alur model komunikasi dalam jaringan difusi

II. PEMBAHASAN
  1. Pengertian Jaringan Difusi
Jaringan dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa arti tergantung dalam konteks apa pengertian jaringan tersebut didefinisikan, misalnya jaringan bisa didefinisikan sebagai susunan sel khusus yang sama pada tubuh dan bersatu dalam menajalankan fungsi biologis tertentu. Didalam konteks lain pengertian jaringan bisa pula diartikan sebagai barang siratan yang berupa jaring atau dengan kata lain merupakan sinonim dari”jala-jala”. Arti jaringan yang lainnya adalah bagan yang menggambarkan tali temali kegiatan didalam suatu proyek dan sebagainya. Dalam istilah komunikasi definisi jaringan bisa berkaitan dengan sistem siaran yang terdiri dari sejumlah station radio yang dioperasikan oleh suatu organisasi induk dan yang sering menyiarkan program serupa pada waktu yang sama. Dengan demikian pengertian jaringan harus mengacu pada ruang lingkup apa? Agar definisinya bisa cocok dengan pokok pembicaraan.
Jaringan sosial adalah keterkaitan hubungan dan komunikasi antar individu dalam masyarakat yang disebabkan oleh berbagai kepentingan dan sebab. Jaringan sosial yang ada di masyarakat tersebut perlu dimanfaatkan sehingga menjadi jaringan difusi. Proses penyebaran informasi tentang inovasi sangat efektif jika didifusikan melalui saluran media massa. Namun untuk membujuk calon adopter agar segera membuat keputusan adopsi, peran media interpersonal menjadi lebih penting. Dalam tahapan yang disebut tahap persuasi itulah jaringan sosial yang ada dalam masyarakat sangat berguna bagi proses difusi inovasi.
  1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.

Terdapat  3 jenis komunikasi, yaitu : Komunikasi Formal, Informal, dan Non Formal. Komunikasi formal adalah suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan biasanya dilakukan di dalam lembaga formal melalui garis perintah atau sifatnya instruktif , berdasarkan struktur organisasi oleh pelaku yang berkomunikasi sebagai petugas organisasi dengan status masing - masing yang tujuannya menyampaikan pesan yang terkait dengan kepentingan dinas . Suatu komunikasi juga dapat dikatakan formal ketika komunikasi antara dua orang atau lebih yang ada pada suatu organisasi dilakukan berdasarkan prinsip - prinsip dan struktur organisasi .
Komunikasi Informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal , penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat seperti isu , gosip , atau rumor . Tentang komunikasi informal sebaiknya tidak dilakukan berdasarkan informasi yang masih belum jelas dan tidak akurat , carilah sumber informasi yang dapat dipercaya , selalu gunakan akal sehat dan bertindak berdasarkan pikiran yang positif .
Informasi dalam komunikasi informal biasanya timbul melalui rantai kerumunan di mana seseorang menerima informasi dan diteruskan kepada seseorang atau lebih dan seterusnya sehingga informasi tersebut tersebar ke berbagai kalangan . Implikasinya adalah kebenaran informasi tersebut menjadi tidak jelas atau kabur. Meski demikian komunikasi informal akan untuk memenuhi kebutuhan sosial, mempengaruhi orang lain dan mengatasi kelambatan komunikasi formal yang biasanya cenderung kaku dan harus melalui berbagai jalur terlebih dahulu .
Komunikasi Non Formal adalah proses komunikasi yang berada di antara yang formal atau resmi dengan yang tidak resmi atau informal . Komunikasi jenis ini biasanya berupa komunikasi yang berhubungan dengan hubungan pribadi.
Pengertian jaringan komunikasi menurut Rogers (1983) adalah suatu jaringan yang terdiri atas: individu-individu yang saling berhubungan, yang dilmbungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orng ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jarngan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistim komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang keorang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bias dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.

  1. Metode Jaringan Sosial
Ada beberapa metode utama yang dapat digunakan untuk meneliti jaringan sosial yang ada di masyarakat atau sistem sosial, yaitu dengan metode sosiometri dan dengan metode observasi.  Dengan metode sosiometri dapat diketahui hubungan antar individu dalam suatu sistem sosial. Dengan metode sosiometri dan juga dengan observasi partisipatoris dapat diketahui siapa saja individu-individu dalam suatu sistem sosial tersebut yang berperan sebagai pemimpin opini.
  1. Metode Sosiometri
Metode Sosiometri adalah suatu metode pengumpulan serta analisis data mengenai pilihan komunikasi dan pola interaksi antar individu dan kelompok. dapat dikatakan bahwa sosiometri adalah kajian dan pengukuran pilhan sosial, sosiometri disebut juga sebagai sarana untuk mengkaji "tarikan" (traction) dan "tolakan" (repulsion) anggota-anggota suatu kelompok.
Metoda sosiometri terdiri dari mencari adanya pertanyaan untuk responden (atau secara hipotetis masih mencari) untuk informasi atau tambahan tentang topik yang telah ditentukan, seperti halnya pada inovasi. Opini pemimpin bagi anggota suatu sistem diterima sebanyak-banyaknya menurut pilihan sosiometri (yang sering dilibatkan adalah jaringan yang jumlah mata rantainya paling banyak). Niscaya, teknik sociometri adalah ukuran opini pemimpin, karena terukur melalui para pengikutnya, bagaimanapun hal itu mengharuskan pertanyaan pada sejumlah besar responden dalam rangka menempatkan sejumlah kecil opini pemimpin. Dan metoda sociometri adalah yang paling sering digunakan untuk disain sampling di mana semua anggota sistem sosial diwawancarai, sedangkan sampel kecil di dalam suatu populasi besar dihubungi.
Hal yang umum untuk menetapkan banyaknya pasangan sosiometri yang disebut dengan responden; sebagai contoh, " yang ke tiga ( atau empat, atau lima) wanita di desa ini yang sudah anda berikan penjelasan tentang metode keluarga berencana?". Pada pertanyaan seperti itu pilihan jawaban tidak dibatasi , pertanyaan pada responden untuk hanya untuk menyebutkan mitra jaringan paling kuat. Mungkin yang lain lebih sedikit untuk bisa bertukar informasi jika responden mempersulit untuk tidak menerima inovasi.
  1. Metode Observasi
Alat  untuk mengukur opini pemimpin adalah observasi, di mana peneliti mengidentifikasi dan mencatat perilaku komunikasi dalam suatu sistem. Satu keuntungan observasi adalah pada umumnya data mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Jika mata rantai jaringan dengan baik diobservasi, ada setidaknya keraguan tentang apakah mereka dikutsertakan atau tidak. Pengamatan kerja terbaik pada sistem sangat kecil, di mana peninjau benar-benar dapat melihat dan merekam terjadinya interaksi hubungan antar pribadi. Sangat disayangkan, dalam sestem yang sedemikian kecil, teknik perpindahan-data sangat ditonjolkan dalam observasi ini. Sebab anggota suatu sistem mengetahui bahwa mereka diamati, mereka boleh bertindak dengan cara yang berbeda.Lebih lanjut, peninjau perlu mengamati dengan sabar, jika perilaku difusi jaringan yang ia ingin observasi ternyata jarang.  Dalam praktek, pengamatan, jarang digunakan ukuran difusi jaringan dan opini pemimpin.
Alat pengukuran paling populer adalah survei sosiometri. Ketika dua atau tiga jenis praktek opini pemimpin telah digunakan pada responden yang sama, korelasi positif pada ukuran telah diperoleh, walaupun hubungan ini sangat sedikit dibanding sempurna, ini menemukan pada kenyaat bahwa pilihan tentang segala sesuatu pada empat metode boleh jadi didasarkan pada kenyamanan, adanya keempat ukuran itu sama-sama valid.

  1. Alur model Komunikasi Dalam jaringan difusi.
Alur model komunikasi dalam jaringan difusi, secara umum terbagi menjadi dua macam:  
1.       The hypodermic Needle Model,
Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang homogen dan mudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu diterima. Fenomena tersebut melahirkan teori ilmu komunikasi yang dikenal dengan teori jarum suntik (Hypodermic Needle Theory). Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi seseorang. Media massa sangat perkasa dengan efek yang langsung pada masyarakat. Khalayak dianggap pasif  terhadap pesan media yang disampaikan. Teori ini dikenal juga dengan teori peluru, bila komunikator dalam hal ini media massa menembakan peluru yakni pesan kepada khalayak, dengan mudah khalayak menerima pesan yang disampaikan media.
Model ‘jarum hipodermik’ di mana secara postulat, media massa mempunyai pengaruh langsung, segera dan kuat pada individu-individu yang terkait dengan media massa, tapi tidak terkait satu dengan lainnya. Media masa di tahun 1940 dan 1950 dipersepsikan memiliki pegaruh yang kuat untuk merubah tingkah laku (behavior). Kedahsyatan media digambarkan sebagai pembawa pesan  untuk mengurai masa dari para individu (Katz and lazarsfeld). Kesimpulan tentang kekuatan media masa digambarkan dari beberapa peristiwa.
Teori ini makin powerfull ketika siaran radio Orson Welles (1938) menyiarkan tentang invansi makhluk dari planet mars menyebabkan ribuan orang di Amerika Serikat panik. Teori ini berkembang di sekitar tahun 1930 hingga 1940an. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yakni media massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih segalanya dari audience.
Teori ini memiliki banyak istilah lain. Biasa kita sebut Hypodermic needle (teori jarum suntik), Bullet Theory (teori peluru) transmition belt theory (teori sabuk transmisi). Dari beberapa istilah lain dari teori ini dapat kita tarik satu makna , yakni penyampaian pesannya hanya satu arah dan juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap komunikan.

2.       The two-step Flow Model
Pesan mengalir dari sumber via media massa ke pemimpin opini yang pada gilirannya menyampaikannya pada para pengikutnya. The first step, from media sources to opinion leaders, is mainly transfer of information, whereas the second step from opinion leaders to their followers, also involves the spread of interpersonal influence.  
Menurut teori Granovetter, individu cenderung terkait dengan orang yang secara fisik dekat dan menurut atribut-atribut seperti kepercayaan, pendidikan dan status sosial relatif sama (homofili; kontras dengan heterofili di mana atribut-atribut tersebut relatif beda). Duff dan Liu (1975) menyatakan bahwa dalam satu network komunikasi, pertukaran informasi dari satu clique (yang ditandai dengan promiximitas komunikasi tinggi) ke clique lain dijembatani oleh proximitas komunikasi rendah yang heterofili (misal, dari clique berstatus sosial tinggi ke clique berstatus sosial lebih rendah).
Model komunikasi dua tahap (two step flow of communication)
Sumber - Komunikasi - Pesan - Media Massa - Opinion Leader - komunikan. Dalam model, ketika pesan disampaikan oleh sumber atau media massa terjadi proses komunikasi massa. Tapi ternyata tidak semua orang memahami isi pesan yang disampaikan dan mempunyai akses ke media massa. Dalam model ini kemudian dikenal adanya opinion leader atau pemuka pendapat. Pemuka pendapat adalah orang yang memahami lebih isi pesan media massa, atau orang yang mempunyai akses yang lebih besar ke media massa dibandingkan dengan individu lain. Proses pertama, seperti yang dijelaskan sebelumnya, adalah proses komunikasi massa dan proses kedua dari opinion leader ke khalayak umum adalah proses komunikasi interpersonal.
Beberapa temuan lainnya ialah (a) Dalam network heterofili, pengikut cenderung mencari pemimpin opini yang mempunyai status sosial, pendidikan, ekspose ke media massa, tingkat keinovatifan, tingkat kekosmopolitan dan tingkat kontak dengan agen perubahan lebih tinggi, (b) pemimpin opini lebih sejalan dengan norma sistem dibanding dengan pengikutnya, (c) pemimpin opini dapat dibedakan menjadi polimorfis (mempunyai opini dalam banyak bidang) atau monomorfis (mempunyai opini hanya dalam satu bidang), dan (d) network personal radial (dari satu ke banyak orang) lebih penting untuk inovasi dibanding dengan network interlocking di mana individu saling berinteraksi.
a.      Homofili dan Heterofili
Prinsip pokok komunikasi antar manusia adalah bahwa pengalihan (transfer) ide yang umumnya terjadi antara dua orang yang sepadan atau homofilus. Homofili ada­lah sejauh mana orang yang berinteraksi itu ada kemiripan dalam ciri - ciri tertentu, seperti kepercayaannya, pendidikannya, status sosialnya, dan lainnya. Dalam suatu situasi yang bisa memilih, bila seseorang dapat berinteraksi dengan siapa saja yang dikehendaki, ada kecenderungan kuat orang akan memilih berkomunikasi dengan orang yang paling sepadan dengan dirinya. Banyak alasan berkait dengan prinsip homofili. Orang yang punya ke ­miripan satu sama lain biasanya menjadi anggota kelompok yang sama, tinggal dan bekerja di tempat yang berdekatan, dan memiliki minat yang sama. Kedekatan fisik dan sosial seperti itu memungkinkan terjadinya komunikasi yang homofilus. Komunikasi semacam itu mungkin lebih efektif, karena mengasyikkan. Kemung­kinan lebih efektif terjadi bila dua orang yang berkomunikasi itu homofilus (se­padan). Karena mereka bertukar istilah yang saling mereka mengerti, mengguna ­kan bahasa daerah, dan memiliki sifat?sifat pribadi dan sosial yang mirip. Ide mungkin mempunyai efek yang lebih besar dalam arti perole­han pengetahuan, pembentukan dan perubahan sikap, dan perubahan perilaku nyata. Bila ada kesepadanan, komunikasi antara dua orang mungkin akan lebih mengasyikkan.
Salah satu masalah penting dalam berkomunikasi inovasi adalah biasanya partisipannya sangat heterofilius. Agen pembaru umumnya secara teknis lebih kompeten daripada kliennya. Perbedaan ini seringkali membawa pada komunikasi yang tidak efektif. Mereka tidak berbicara dengan “bahasa” yang sama. Memang, bila dua orang identik pemahaman dan pengalamannya tentang inovasi, akan tidak terjadi difusi dalam interaksi mereka sebab tidak ada informasi baru yang dipertukarkan. Sifat difusi menuntut setidak-tidaknya ada beberapa tingkat heterofili antara dua orang yang berkomunikasi. Idealnya, agen pembaru dan kliennya sepadan (homofili) dalam variabel?variabel lain (misalnya pendidikan, status sosial, dan sebagainya) tetapi heterofili dalam hal inovasi. Biasanya heterofili yang terjadi pada dua orang yang terlibat dalam komunikasi inovasi menyangkut semua aspek, karena pengetahuan dan pengalaman tentang inovasi tersebut berkaitan erat dengan status sosial, pendidikan dan sebagainya.
Kebanyakan orang meyukai keindahan berinteraksi dengan orang lain yang sangat mirip dengannya.  Berbincang dengan orang yang sangat berbada dengan diri kita sendiri memerlukan usaha keras agar komunikasi itu lancar. Komunikasi yang heterofilus bisa menyebabkan ketakserasian pandangan karena seseorang dihadapkan pada pesan -pesan yang tidak cocok dengan kepercayaan-kepercayaan yang ada, menyebabkan keadaan psikolgis yang tidak baik. Homofili dan komunikasi yang efektif itu saling mendukung. Semakin sering terjadi komunikasi antara anggota suatu pasangan,semakin cenderung mereka menjadi homofilus,semakin homofilus mereka semakin besar kemungkinan komunikasi mereka efektif.Orang-Orang yang menerobos batas–batas homofili dan berusah berkomunikasi tetapi komunikasi heterofilus punya kelebihan berupa kesanggupan informasi khusus.

III.             PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Pada jaringan difusi metode utama yang dapat digunakan untuk meneliti jaringan sosial yang ada di masyarakat atau sistem sosial, yaitu dengan metode sosiometri dan dengan metode observasi. Alur model komunikasi dalam jaringan difusi, secara umum terbagi menjadi dua macam yaitu :  Hypodermic Needle Model yaitu Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi seseorang. Media massa sangat perkasa dengan efek yang langsung pada masyarakat. Khalayak dianggap pasif  terhadap pesan media yang disampaikan. The two-step Flow Model yaitu model komunikasi dua tahap (two step flow of communication) Sumber - Komunikasi - Pesan - Media Massa - Opinion Leader - komunikan. Dalam model, ketika pesan disampaikan oleh sumber atau media massa terjadi proses komunikasi massa.





REFERENSI

                        Purwanto (2000), Difusi inovasi , Jakarta :STIA LAN
            Udin , Syaefudin Sa’ud2011) Inovasi Pendidikan Bandung : Alfabeta CV
 Rogers, Everet M Rogers.2003.Diffusion of Innovation New York : Free Press
Rogers, Everet M. 1983. Diffusion of Innovations 3th ed.  New York: The Free Press, Macmillan Publishing Co., Inc.
            Sumber : http//pepyteknokra.wordpress.com/2013/05/06/model-komunikasi/
            Sumber : http//jurusankomunikasi.blogspot.com/2013/05/06/model-komunikasi-menurut-para-ahli.html

Minggu, 05 Mei 2013

PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN AUSTRALIA DAN INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Australia adalah satu-satunya benua di dunia yang hanya terdiri dari satu buah negara, yang juga disebut dengan Australia. Meski demikian, Australia memiliki 6 negara bagian serta 2 wilayah daratan (territori) yang mulai dikonstitusikan pada tanggal 1 Januari 1901. Keenam negara bagian tersebut antara lain adalah New South Wales (Ibukota: Sydney), Victoria (Ibukota: Melbourne), Queensland (Ibukota: Brisbane), Australia Selatan (Ibukota: Adelaide), Australia Barat (Ibukota: Perth), dan Tasmania (Ibukota: Hobart). Sedangkan kedua territornya adalah Northern Territory dan Australian Capital Territory. Ibukota negara Australia sendiri adalah Canberra.
Negara bagian dikepalai oleh seorang gubernur, sedangkan teritori dikepalai oleh seorang administrator. Pemerintah pusat memiliki wewenang yang lebih banyak pada sebuah teritori bila dibandingkan dengan pada negara bagian.
Australia dikenal oleh dunia sebagai tempat yang nyaman dan sehat untuk ditinggali. Penduduk di Australia ramah, udaranya bersih, lingkungan aman, fasilitas transportasi yang bagus, serta tunjangan pendidikan dan kesehatan berkelas internasional membuat Australia menjadi tempat yang bagus untuk ditinggali. Beberapa kota seperti Sydney, Melborune, Perth, dan Adelaide merupakan kota-kota yang bagus dan nyaman.
Pendidikan di Australia juga sangat bagus. Di tempat ini, Australia konon memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, dan bahkan gelar atau ijasahnya pun diakui secara internasional. Selain itu, biaya pendidikan di Australia tergolong murah dan terjangkau bila dibandingkan dengan Inggris atau Amerika, bahkan pemerintah memberikan ijin bagi mahasiswa yang berasal dari luar Australia untuk bekerja baik fulltime maupun partime untuk memenuhi biaya pendidikan mereka. Australia juga menawarkan program studi yang sangat bervariasi, baik jurusan maupun jenjangnya. Hal ini mempermudah siswa dalam mencari sekolah yang sesuai dengan keinginannya.
Dengan begitu banyaknya kelebihan Australia di bidang pendidikan, maka ada baiknya Indonesia sedikit berkaca dari sistem pendidikan di Australia itu sendiri. Maka dari itulah, penulis  ingin membandingkan sistem pendidikan di Australia dan Indonesia, agar dapat diambil manfaat yang baik untuk kemajuan bangsa Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah sistem pendidikan di Australia?
2.      Bagaimanakah sistem pendidikan di Indonesia?
3.      Bagaimana perbandingan sistem pendidikan di Australia dan Indonesia?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimanakah sistem pendidikan di Australia.
2.      Untuk mengetahui bagaimanakah sistem pendidikan di Indonesia.
3.      Untuk mengetahui bagaimana perbandingan sistem pendidikan di Australia dan Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

Australia adalah masyarakat yang stabil, berkebudayaan majemuk dan demokratis disertai dengan angkatan kerja yang terampil dan ekonomi yang kuat dan berdaya saing. Dengan penduduk lebih dari 21 juta, Australia adalah satu-satunya bangsa yang memerintah seluruh benua dan negara dengan wilayah daratan terluas keenam di dunia. Masyarakat multikultural Australia mencakup penduduk Asli dan pendatang dari sekitar 200 negara.
Australia adalah salah satu massa daratan tertua di dunia dan telah berpenghuni manusia sekitar 60.000 tahun. Sebelum kehadiran pendatang Eropa, penduduk Aborijin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres mendiami sebagian besar wilayah benua. Sejarah kontemporer Australia secara relatif singkat, dengan pemukiman Eropa pertama didirikan oleh Inggris Raya pada 26 Januari 1788.
Australia memiliki 10 persen keanekaragaman hayati dunia dan sejumlah besar tanaman, hewan dan burung asli tidak ada di lain tempat di dunia. Australia bertekad melestarikan warisan alam dan lingkungan hidupnya yang unik dan memiliki sejumlah prosedur perlindungan, termasuk pencatatan dalam Warisan Dunia dan banyak taman nasional dan perlindungan kehidupan liar.
Australia adalah salah satu ekonomi yang paling berdaya tahan, berpertumbuhan tinggi di dunia. Australia memiliki sektor pemerintah yang efisien, pasar buruh yang luwes dan sektor bisnis yang berdaya saing tinggi.
Dengan sumber daya alam yang melimpah, Australia memiliki standar hidup yang tinggi sejak abad ke 19. Australia telah melakukan investasi besar dalam infrastruktur sosial, termasuk pendidikan, pelatihan, kesehatan dan transportasi. Angkatan kerja Australia yang berjumlah sekitar 10 juta sangat terlatih. Banyak manajer senior dan staf teknik memiliki pengalaman internasional, sementara hampir setengah angkatan kerja Australia memiliki kualifikasi universitas, kejuruan atau diploma.
Dalam ekonomi global, keterampilan bahasa merupakan kemampuan penting bagi angkatan kerja. Walaupun Australia adalah negara yang resmi menggunakan bahasa Inggris, lebih dari 5 juta penduduknya berbicara bahasa kedua.
Australia menawarkan pengenalan budaya bisnis Barat dengan angkatan kerja yang mampu beroperasi dalam kedua lingkungan bisnis Asia dan Barat, karena Australia memiliki sejumlah besar ketrampilan bahasa Asia di kawasan.
Keterampilan bahasa dan kemampuan-kemampuan lain yang menarik perusahaan asing sebagian merupakan hasil dari masyarakat Australia yang majemuk secara budaya.
Para migran memiliki pengaruh yang nyata pada semua aspek masyarakat Australia. Selama lebih dari 60 tahun migrasi terencana pasca-perang, Australia telah menerima lebih dari 6,5 juta migran dari lebih 200 negara, termasuk lebih dari 660.000 pengungsi. Penduduk Australia telah meningkat dari sekitar tujuh juta menjadi lebih dari 21 juta.
Sistem pendidikan Australia berstandar tertinggi dan diakui internasional. Sekolah adalah wajib di seluruh Australia, yang memberikan sumbangsih pada tingkat melek huruf 99 persen. Sekolah-sekolah di Australia mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri para pelajar. Lulusan universitas Australia unggul pada penelitian dan inovasi terdepan, serta pendidikan kejuruan dan teknik memajukan sektor industri yang sedang berkembang pesat.
Australia juga salah satu penyelenggara pendidikan dan pelatihan terdepan di dunia bagi pelajar internasional, termasuk pelatihan bahasa Inggris. Lebih dari 400,000 pelajar dari sekitar 200 negara menerima pendidikan Australia setiap tahun. Kursus ditawarkan baik di Australia maupun di luar negeri.
Sistem pendidikan dan pelatihan Australia tunduk pada pengkajian ulang dan kendali berkelanjutan dari pemerintah, industri dan badan-badan profesional untuk mempertahankan dan meningkatkan standarnya yang sudah tinggi. Jaminan mutu di pendidikan tinggi Australia berdasarkan pada kemitraan kukuh antara sektor pendidikan tinggi dan Pemeritah Australia, pemeritah negara bagian dan teritori. Kemitraan ini menjamin standar yang konsisten secara nasional dalam pemberian persetujuan dan akreditasi, pengawasan luar dan audit mutu independen.

A.    Sistem Pendidikan di Australia
Pendidikan di Australia tidak dipegang oleh pemerintah pusat, namun diserahkan pada setiap negara bagian atau teritorinya. Jadi, setiap negara bagian memiliki hak untuk menyelenggarakan pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini berdasarkan pada konstitusi Australia, dimana  pendidikan merupakan tanggungjawab negara bagian. Pada setiap negara bagian, seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah. Sehingga, masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri dalam pelaksanaan pendidikannya.
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 8 bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Dilihat dari jenjang pendidikan formal, Australia terdiri dari 3 tahapan pendidikan, yaitu pendidikan dasar (primary schools), pendidikan menengah (secondary education, meliputi secondary school/high schools), dan pendidikan tinggi (tertiary education in universties or TAFE [techical and further education] college). Ada kalanya, sebelum memasuki primary school, peserta didik memasuki kindergarten atau taman kanak-kanak.
Di Australia, pendidikan dasar menjadi dasar untuk memasuki jenjang selanjutnya, yaitu pendidikan menengah. Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Tahapan terakhir adalah pendidikan tinggi, yang mencakup beberapa program, yaitu diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Lama pendidikan untuk masing-masing jenjang tersebut berbeda antarnegara bagian. Perbedaanya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

1.      Wilayah New South Wales, Victoria, Tasmania, dan Australian Capital Territory
Jenjang Pendidikan
Lama Pendidikan
Pendidikan Dasar
Primary School
6 tahun
Pendidikan Menengah
Junior Secondary School
4 tahun
Senior High School
2 tahun

2.      Wilayah Queensland, Australia Selatan, Australia Barat, Northern Territory
Jenjang Pendidikan
Lama Pendidikan
Pendidikan Dasar
Primary School
7 tahun
Pendidikan Menengah
Junior Secondary School
3 tahun
Senior High School
2 tahun

Pendidikan di Australia, mewajibkan peserta didik untuk menempuh wajib belajar, yaitu pada jenjang primary school (SD) dan junior secondary school (SMP). Sehingga, wajib belajar di Australia yakni 10 tahun. Selanjutnya, peserta didik dapat masuk ke senior high school. Istilah yang dilakukan untuk jenjang pendidikan di Australia adalah year 1 – 12 (dari jenjang primary school hingga high school).
Pada jenjang senior high school, setiap peserta didik memiliki kewajiban untuk memilih program pendidikan kejuruan atau pendidikan umum. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk pasar kerja, artinya lulusan pendidikan kejuruan tersebut akan siap untuk bekerja setelah lulus. Setiap negara bagian memiliki Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (Vocational Education and Training atau VET). VET mempersiapkan peserta didik untuk bekerja tanpa perlu mendapatkan gelar sarjana.
Untuk peserta didik yang mengambil pendidikan umum, dapat meneruskan pendidikan ke jenjang diploma, bachelor degree, dst. Berikut adalah kualifikasi kerangka kualifikasi Australia (AQF atau Australian Qualification Framework) menurut sector pendidikan.

Australian Qualification Framework

Sektor Sekolah
Sektor Vocational Education And Training (VET)
Sektor Perguruan Tinggi
Senior Secondary Certificate of Education (Ijazah Sekolah Menengah Atas)
(2–3 tahun)
Vocational graduate diploma (Diploma Kejuruan)
(1 tahun)
Gelar doktor (3+ tahun)
VET di Sekolah
Vocational graduate certificate (Sertifikat Kejuruan)
(6 bulan)
Gelar Masters / Magister
(1–3 tahun)
 
Advanced diploma (Diploma Lanjutan)
(6–12 bulan)
Graduate diploma
(1 tahun)
 
Diploma
(1 tahun)
Graduate certificate
(6 bulan)
 
Sertifikat IV
(1 tahun)
Bachelor degree (Gelar Sarjana Muda)
(3 tahun)
 
Sertifikat III
(6 bulan)
Associate degree, advanced diploma
(1,5 tahun)
 
Sertifikat II
(6 bulan)
Diploma
(1 tahun)
 
Sertifikat I
(6 bulan)
 

Untuk gelar yang didapatkan setelah menempuh perguruan tinggi adalah:
·         Bachelors degree (setingkat sarjana S1)
·         Masters degree (setingkat magister S2)
·         PhD (setingkat doktor S3)
Untuk tes bagi siswa yang berlaku secara nasional, Australia menyelenggarakan NAPLAN (National Assessment Program-Literacy and Numeracy). Setiap tahunnya, semua siswa yang berada pada tahun 3, 5, 7, dan 9 melakukan tes pada hari yang sama. Materi tes tersebut meliputi membaca, menulis, bahasa (mengeja, tata bahasa, dan pemberian tanda baca), dan perhitungan.

B.     Sistem Pendidikan di Indonesia
Dalam undang - undang Sisdiknas tahun 2003 disebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, jenjang pendidikan di Indonesia ada 3 yaitu :
1)      Pendidikan dasar;
2)      Pendidikan menengah;
3)      Pendidikan tinggi.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam, yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Di Indonesia, jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan pendidikan tinggi. Meski tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan anak usia dini, pendidikan yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar.
A.    Pendidikan Dasar
Pendidikan ini merupakan pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak, yaitu di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada masa ini para siswa mempelajari bidang-bidang studi antara lain: - Ilmu Pengetahuan Alam - Matematika - Ilmu Pengetahuan Sosial - Bahasa Indonesia - Bahasa Inggris - Pendidikan Seni - Pendidikan Olahraga. Di akhir masa pendidikan di SD, para siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke SMP dengan lama pendidikan 3 tahun.
Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan MAdrasah Ibtidayah (MI) atau bentuk yang sederajatserta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Akhir kelas enam siswa harus mengikuti Ujian Nasional sebagai syarat untuk mengikuti SMP/MTs.
B.   Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. 
C.   Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Jenjang pendidikan tinggi di Indonesia terdiri dari beberapa macam dimana, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, special dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi (UU, Sisdiknas, pasal 19:2003) Perguruan tinggi dapat berbentuk :
1)      Akademi (lembaga pendidikan tinggi, kurang lebih 3 tahun lamanya, yg mendidik tenaga profesional;
2)      Politeknik (pendidikan professional yang diarahkan pada kesiapan penerapan keahlian tertentu);
3)      Sekolah tinggi (menyelenggarakan pendidikan akademik dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan);
4)      Institut (organisasi, badan, atau perkumpulan yg ber-tujuan melakukan suatu penyelidikan ilmiah);
5)      Universitas (perguruan tinggi yg terdiri atas sejumlah fakultas yg menyelenggarakan pendidikan ilmiah dan/atau profesional dl sejumlah disiplin ilmu tertentu).
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan vokasi (UU, Sisdiknas, pasal 20:2003). Kerangka dasar dan kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi. Dimana kurikulum pendidikan tinggi wajib memuatkan pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan bahasa.
Berbeda dengan sekolah menengah, perguruan tinggi menerapkan sistem kredit semester (SKS). Di perguruan tinggi, seorang mahasiswa jika dapat menghabiskan jumlah kredit mata kuliah yang ditargetkan dan dapat menempuhnya dalam waktu tertentu sesuai dengan rencana yang diprogramkan, mahasiswa tersebut dapat menyelesaikan pendidikan tinggi Strata 1 (S1) dalam waktu 4 tahun. Namun bila tidak sanggup karena banyak mengulang mata kuliah yang rendah nilainya atau karena cuti, waktu yang ditempuh untuk diwisuda sebagai seorang sarjana bisa lebih dari 4 tahun. Kalau ia berhasil wisuda dan berniat melanjutkan studi lanjut, masih ada dua tahap dalam pendidikan tinggi yang dapat ditempuhnya, yaitu jenjang S2 atau Magister yang normalnya ditempuh selama 2 tahun, dan jenjang Ssedangkan S3 atau doctor yang efektifnya ditempuh selama 2 tahun, sedangkan sisanya untuk penelitian. Apabila seluruh tahap pendidikan tinggi ini ditempuh, diberi gelar doctor untuk bidang yang dipilihnya.
C.    Perbandingkan Pendidikan di Australia dan Indonesia

NO
AUSTRALIA

INDONESIA

New South Wales, Victoria, Tasmania, dan Australian Capital Territory
Queensland, Australia Selatan, Australia Barat, Northern Territory


1

Primary School (6 Tahun)

Junior Secondary School (4 tahun)

Primary School (7 Tahun)


Junior Secondary School (3 Tahun)

Pendidikan dasar  9 tahun (SD 6 Tahun dan SMP 3  Tahun)


2.
Senior High School (2 Tahun)
Senior High School (2 Tahun)
Pendidikan Menengah  3 tahun (SMA, MA, SMK, dan MAK )

3.

Diploma
(1 tahun)

Associate degree, advanced diploma
(1,5 tahun)

Bachelor degree (Gelar Sarjana Muda)
(3 tahun)

Graduate certificate
(6 bulan)

Graduate diploma
(1 tahun)

Gelar Masters / Magister
(1–3 tahun)

Gelar doktor (3+ tahun)


Ahli Madya, Diploma 3 (D3)


Sarjana, Diploma 4 (D4)


Sarjana, Strata 1 (S1)



Magister, Strata 2 (S2)

Doktor, Strata 3 (S3)








Selain dari jenjang pendidikan, beberapa perbandingan dari pendidikan yang ada di Australia dan Indonesia antara lain adalah:
Pertama, dilihat dari bobot dan tingkat kesulitan materi pelajaran, standar pendidikan dasar di Indonesia jauh lebih tinggi. Jika di Indonesia, siswa-siswa kelas dua SD sudah mendapatkan banyak pelajaran dan berbagai pekerjaan rumah serta ulangan atau ujian, tetapi siswa-siswa setaraf kelas 1 – 2 SD di Australia belum diwajibkan untuk membaca. Bahkan di Indonesia, siswa TK nol besar diwajibkan lancar membaca dan berhitung, apalagi jika orangtua mereka berniat mendaftarkan mereka ke Sekolah Dasar unggulan yang diwajibkan mereka lolos ujian tulis sebagai syarat pendaftaran masuk. Sungguh berbeda sekali dengan di negeri yang terkenal dengan binatang kangguru ini. Pendidikan di TK seperti istana bermain dimana mereka bebas bermain, mengembangkan kreatifitas dan bersosialisasi. Pendidikan dasar di Australia lebih ditekankan sebagai pondasi untuk belajar mengenal diri sendiri, lingkungan serta pengembangkan sikap (character building). Mengajarkan hal-hal sederhana secara praktis lebih ditekankan dibanding teori-teori di kelas. Karena itu, tidak heran jika di Australia, sering terlihat siswa-siswa SD yang sedang belajar mengukur kepadatan mobil di jalan raya atau di lain waktu mereka tengah melakukan kegiatan di luar kelas (excursion), seperti ke pasar, perkebunan, peternakan kadang mereka belajar juga mengantri, melakukan transaksi jual beli dan sebagainya. Sebuah pengajaran yang aplikatif serta bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, dalam hal penilaian (assessment). Berbeda dengan di Indonesia yang mewajibkan para siswa untuk menempuh ulangan-ulangan sebagai persyaratan untuk naik kelas. Di Australia tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Memang ada ujian nasional seperti UAN di Indonesia, yaitu tes standar nasional dikenal dengan istilah NAPLAN (National Assessment Program Literacy and Numeracy) yaitu tes nasional yang dilakukan serentak di Australia untuk menguji kemampuan membaca, menulis dan berhitung sebagai persiapan memasuki Year 10 (setara dengan kelas I SMU).
Walaupun standar materi pelajaran untuk pendidikan dasar di Indonesia tampak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Australia, namun ketika memasuki tingkat perguruan tinggi, tampak negeri kita lebih tertinggal dibandingkan Australia. Selain disebabkan karena peralatan teknologi yang lebih canggih dan lengkap, fasilitas-fasilitas penelitian yang lebih memadai, juga faktor mahasiswa yang telah memiliki pengembangan karakter (character building) yang kuat, fondasi sikap yag tertanam sejak dini di pendidikan dasar sangat mempengaruhi kesuksesan masa depan mereka, seperti kemandirian, jujur, kreatif, inovatif, serta berpikir kritis (critical thinking).
Ketiga, pemberian reward (penghargaan) terhadap usaha siswa sangat dijunjung tinggi, baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal seperti ucapan pujian ‘well done’, ‘excellent’, dsb. Yang lebih menarik lagi di SD, setiap ada siswa yang berbuat baik atau melakukan usaha keras, mempunyai keberanian yang positif, akan memperoleh reward berupa sertifikat-sertifikat kecil (school rewards) yang nanti jika telah terkumpul sepuluh sertifikat, akan diumumkan di acara assembly, yaitu acara yang diselenggarakan tiap dua minggu sekali untuk pengembangan bakat seni para siswa. Di acara tersebut, masing-masing kelas menampilkan kreatifitas seperti menyanyi, menari, drama, dsb. Hal yang istimewa lagi, pada school awards juga ditulis hal-hal baik yang telah dilakukan anak didik, seperti menolong teman yang jatuh, berani berbicara di depan kelas, jujur, empati, dan perilaku positif lainnya yang dilakukan siswa. Di sinilah terlihat betapa pengembangan karakter (character building) dan kecerdasan emosi (emotional equvalence) sangat ditekankan dalam pendidikan dasar. Penghargaan dan feedback yang positif ini juga tertulis di dalam raport siswa. Jadi penilaian pada rapost siswa di Australia adalah berbentuk narasi, bukan dalam bentuk angka-angka seperti pada sekolah di Indonesia.
Keempat, suasana belajar di sekolah-sekolah dasar di Australia terlihat sangat kondusif. Beberapa hal yang menunjang proses pembelajaran adalah jumlah siswa di dalam kelas yang tak lebih dari 20 siswa, media, kumpulan portofolio, dan alat-alat peraga pembelajaran yang lengkap, dinding kelas yang ‘ramai’ ditempeli dan digantung berbagai macam gambar, tulisan, hasil karya siswa maupun media buatan guru. Kebanyakan dinding kelas sekolah di Australia dilapisi papan lunak (softboard), sehingga dapat digunakan untuk menempel hasil karya siswa dan media belajar. Hal ini jarang terlihat di kelas sekolah di Indonesia yang terlihat ‘bersih’ dan tampaknya masih kurang media serta alat peraga yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, jumlah siswa yang sedikit ini memungkinkan bentuk formasi bangku yang diatur melingkar sehingga para siswa dapat belajar, berdiskusi dalam kelompok juga bersosialisasi. Namun bisa kita pahami, hal ini kurang bisa diterapkan di semua sekolah di Indonesia yang lebih banyak memiliki kelas-kelas besar, karena jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan Australia.
Kelima, dari segi tenaga pendidik, guru-guru di Australia amat disiplin. Para guru diwajibkan datang ke kelas sebelum murid-murid masuk. Hal ini tampaknya tengah digalakkan di Indonesia. Dengan adanya morning briefing bagi para guru sebelum masuk ke kelas tentu sangat baik untuk meningkatka kedisiplinan bagi tenaga pengajar dan juga sebagai sarana mendiskusikan persoalan-persoalan dalam proses belajar mengajar.
Keenam, tidak adanya Pendidikan Agama di Australia.



BAB III
KESIMPULAN
           
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa terdapat berbagai perbedaan yang mencolok antara pendidikan di Australia dan Indonesia. Beberapa perbedaan tersebut meliputi:
1.       Sistem pendidikan yang berbeda, dimana wajib belajar di Australia adalah 10 tahun (primary dan secondari school) sementara di Indonesia adalah 9 tahun (SD dan SMP).
2.      Tes nasional yang dilakukan oleh pemerintah Australia adalah NAPLAN (National Assessment Program-Literacy and Numeracy), yang dilakukan sebagai persiapan menuju year 10.  Sementara di Indonesia, tes nasional yang dilakukan adalah UNAS, yaitu setelah menyelesaikan jenjang SD, SMP, dan SMA.
3.      Tidak adanya pendidikan agama di Australia.


DAFTAR PUSTAKA

UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Australia. Diakses pada tanggal 6 April 2013

http://www.australia.com/id/about/. Diakses pada tanggal 8 April 2013

http://www.mapsofworld.com/australia/education/. Diakses pada tanggal 8 April 2013