BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Secara etimologi
pengetahuan yang dalam bahasa inggris yaitu knowledge adalah kepercayaan yang
benar (knowledge is justified true belief). Sedangkan secara terminologi,
menurut Drs. Sidi Gazaliba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil
dari pekerjaan tahu. Loren Bagus dalam kamus filsafatnya menjelaskan bahwa
pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri.
Pengetahuan pada dasarnya adalah
keadaan mental. Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu
objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal.
Manusia adalah satu-satunya
makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga
mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan
hidupnya (survival). Manusia mengembangkan pengetahuannya mengatasi kebutuhan
kelangsungan hidupnya. Dia memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru,
karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.
Manusia mengembangkan kebudayaan; manusia memberi makna kepada kehidupan;
manusia “memanusiakan” diri dalam hidupnya; dan masih banyak lagi pernyataan
semacam ini : semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam
hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan
hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuan; dan
pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat
khas di muka bumi ini.
Semua orang mengakui memiliki
pengetahuan. Namun dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa
pengetahuan itu di dapat. Dari sana timbul pertanyaan bagaimana kita memperoleh
pengetahuan atau dari mana sumber pengetahuan didapat. Terdapat berbagai upaya
yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan, misalnya ia
dapat melakukannya dengan jalan bertanya kepada orang lain (yang memiliki
otoritas) yang dianggapnya lebih tahu, atau ia dapat melakukannya melalui
indra, akal sehat, intuisi atau dengan coba-coba.
Berfikir merupakan suatu kegiatan
untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang
tidak selalu sama. Oleh sebab itu, kegiatan proses berfikir untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan
pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran yang merupakan
landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Penalaran merupakan suatu
proses penemuan kebenaran dimana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria
kebenarannya masing-masing.
Penalaran merupakan suatu proses
berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak.
Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan melalui
kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti
dikatakan Pascal, hatipun mempunyai logika tersendiri. Meskipun demikian patut
kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada
penalaran. Jadi, penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Agar pengetahuan yang dihasilkan
dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus
dilakukan dengan suatu cara tertentu. Penarikan kesimpulan dianggap benar jika
penarikan kseimpulan dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut dengan logika.
Logika merupakan cabang filsafat
yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai
dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat
dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat
dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan sebagai teori tentang
penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu
pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan
yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat
dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk
sesuai dengan isi.
1.2.
Rumusan
Masalah
Dari beberapa hal yang telah diungkapkan dalam latar belakang di atas didapatkan suatu
rumusan masalah:
1.
Apakah pengertian penalaran itu?
2.
Apakah pengertian logika itu?
3.
Dari manakah sumber pengetahuan itu
berasal?
4.
Bagaimanakah kriteria suatu kebenaran
itu?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian penalaran
2. Untuk
mengetahui pengertian logika
3. Untuk
mengetahui dari mana saja asal sumber pengetahuan itu
4. Untuk
mengetahui kriteria suatu kebenaran
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses
berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan (Suriasumantri, 2003). Adib (2011)
menyatakan nalar adalah salah satu corak berpikir untuk menggabungkan dua
pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru dengan
memperhatikan asas-asas pemikiran, yaitu (i) principium identitas, (ii)
principium contradictionis, (iii) principiumtertii exclusi dan (iv)
principiumkompromi. Jadi
penalaran merupakan salah satu proses dalam berpikir yang menggabungkan dua
pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah kesimpulan untuk mendapatkan
pengetahuan baru. Ada dua macam penalaran, yaitu :
1) Penalaran
Langsung
Penalaran langsung merupakan penalaran yang premisnya hanya sebuah
proposisi dan langsung disusul dengan proposisi lain sebagai kesimpulannya.
Penalaran langsung ditarik hanya dari satu premis saja. Penarikkan konklusi
secara langsung dapat memberikan keterangan yang lengkap tentang proposisi yang
diberikan, yaitu dengan menyatakan secara eksplisit apa-apa yang telah
dinyatakan secara implisit didalam premis.
Contoh : semua bintang film memakai sabun Lux (S=P)
Jadi, sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film
Istilah penalaran langsung berasal dari Aristoteles untuk menunjukkan
penalaran, yang premisnya hanya terdiri dari sebuah proposisi saja. Konklusinya
ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subjek dan
predikatnya.
2) Penalaran
tidak langsung
Penalaran tidak langsung, penarikan konklusinya atas lebih dari satu
proposisi. Konklusinya ditarik dari dua premis. Contoh: Semua mahasiswa adalah anak pintar.
Dina adalah mahasiswa. Dina adalah anak pintar.
2.2.
Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang
berarti hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa (Adib,
2011). Menurut Cecep Sumarna (dalam Susanto,2011:145) logika adalah cara
penarikan kesimpulan, atau pengkajian untuk berpikir secara shahih.
Jan
Hendrik Rapar (dalam Susanto, 2011:144) menjelaskan istilah logika diambil dari
bahasa Yunani logikos, yang berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai
suatu pertimbangan akal (pikiran), mengenai kata, mengenai percakapan atau
berkenaan dengan bahasa. Menurut Amsal Bakhtiar (2010:212), logika adalah
sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan logika
merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan dengan menggunakan
akal pikiran, kata dan bahasa yang dilakukan secara sistematis. Macam-macam logika
:
a. Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang
berpikir secara tepat dan lurus sebelum
dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang
subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.
b. Logika ilmiah.
Logika
ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.
Logika
ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam
setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat
bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika
ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau paling tidak, mengurangi
kesesatan.
Secara terperinci,
logika digunakan antara lain :
1. Membantu
setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan
kemampuan berpikir secara abstrak (berpikir tingkat tinggi), cermat dan
objektif.
3. Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir sejarah tajam dan mandiri.
4. Memaksa
dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis.
5. Meningkatkan
cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan
serta kesesatan.
6. Mampu
melakukan analisis terhadap suatu kejadian
2.3.
Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang
mendasari lahirnya ilmu pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan
manusia. Menurut Sumarna (dalam Susanto, 2011: 186) sumber ilmu pengetahuan
terdapat perbedaan antara pandangan filosof dan ilmuwan Barat dengan filosofot
dan ilmuwan muslim.
Menurut filosof dan ilmuwan muslim, sumber utama
ilmu pengetahuan adalah wahyu yang termanifestasikan dalam Alquran dan
As-sunnah, selain empiris dan rasional. Sedangkan menurut filosof dan ilmuwan
Barat sumber ilmu pengetahuan hanya dibatasi pada sumber utama yaitu
pengetahuan yang lahir dari pertimbangan rasio (akal atau deduksi) dan pengetahuan yang dihasilkan
melalui pengalaman (empiris dan induksi).
Menurut Suriasumantri (dalam Susanto, 2011:186)
terdapat empat cara pokok dalam mendapatkan pengetahuan, pertama adalah
pengetahuan yang berdasarkan rasio yang dikembangkan oleh kaum rasionalis yang
dikenal dengan rasionalisme. Kedua, pengetahuan yang berdasarkan pada
pengalaman yang dikenal dengan faham empirisme. Ketiga, pengetahuan yang
didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang
terpusatkan pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban
atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan
sehingga intuisi tidak bisa digunakan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan
yang teratur. Sumber pengetahuan yang keempat adalah wahyu yang merupakan
pengetahuan yang disampaikan tuhan kepada manusia.
Sedangkan Amsal Bakhtiar mengungkapkan ada beberapa
pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:
a) Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut
aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila
dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksudkan ialah
pengalaman inderawi.
b) Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Menusia memperoleh
penegetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat
indera dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan.
c) Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran
dan kebebasannya. Ia
juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi . Intuisi
bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun
pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan.
d) Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh ALLAH SWT kepada manusia lewat
perantaraan para nabi.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang
yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transendental,
seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia dan segenap isinya
serta kehidupan di akhirat nanti.
Dari uraian di atas, yang dapat dijadikan sumber
pengetahuan adalah wahyu, pengalaman dan rasio. Sedangkan intuisi tidak dapat
digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan karena ia bersifat personal dan tidak
bisa diramalkan serta bersifat tiba-tiba atau seketika.
2.4. Kriteria
Kebenaran
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama
terhadap apa yang dianggapnya benar. Secara umum definisi yang standar mengenai
kebenaran diartikan sebagai kesesuaian antara pikiran dan kenyataan. Perihal
kebenaran ini memang menjadi tujuan utama dari kajian ilmu filsafat. Para
filosof telah lama mengupayakan dan mencari kebenaran. Menurut Plato, kebenaran
yang utama adalah yang diluar dunia ini, maksudnya ialah suatu kesempurnaan
tidak dapat dicapai di dunia ini.
Pada umumnya ada beberapa teori kebenaran, yaitu :
1) Teori
kebenaran saling berhubungan (coherence theory of trurth); berpendapat bahwa
suatu proposisi itu benar apabila hal tersebut mempunyai hubungan dengan
ide-ide dari proposisi yang telah ada atau benar. Dengan kata lain, yaitu
apabila proposisi itu mempunyai hubungan dengan proposisi terdahulu adalah
benar. Pembuktian teori kebenaran koherensi dapat melalui fakta sejarah dan
logika.
2) Teori
kebenaran saling berkesesuaian (correspondence theory of truth), berpandangan
bahwa suatu proposisi itu benar apabila proposisi itu saling berkesesuaian
dengan kenyataan atau realitas. Kebenaran demikian dapat dibuktikan secara langsung
pada dunia kenyataan.
3) Teori
kebenaran inherensi (Inherent theory of truth), yang memiliki pandangan bahwa
suatu proposisi memiliki nilai kebenaran apabila memiliki akibat atau
konsekuensi-konsekuensi yang bermanfaat, maksudnya ialah hal tersebut dapat
dipergunakan.
BAB III
KESIMPULAN
Dengan
rasa ingin tahunya, manusia berusaha mencari pengetahuan dari berbagai sumber
untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya. Penalaran merupakan salah
satu proses dalam berpikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk
menarik sebuah kesimpulan untuk medapatkan pengetahuan baru.
Logika
merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan dengan menggunakan
akal pikiran, kata dan bahasa yang dilakukan secara sistematis. Sumber
pengetahuan merupakan aspek-aspek yang mendasari lahirnya ilmu pengetahuan yang
berkembang dan muncul dalam kehidupan manusia. Tedapat tiga sumber pengetahuan:
1. Empirisme,
2. Rasionalisme,
3. Intuisi,
dan
4. Wahyu
Kebenaran
merupakan kesesuaian antara pikiran dan kenyataan dan menjadi tujuan dari
filsafat. Untuk menyatakan sesuatu itu benar dapat didasarkan pada teori
kebenaran. Aliran rasionalisme menyatakan suatu itu benar bila sesuai dengan
teori coherence theory of trurth, aliran empirisme menyatakan suatu itu benar
berdasarkan teori correspondence theory of truth, dan aliran pragmatisme
menyatakan sesuatu
kebenaran itu bila sesuai dengan teori Inherent theory of truth. Pengetahuan dapat diperoleh dengan
jalan penalaran dan logika yang bersumberkan pada pengalaman, akal dan wahyu
sehingga pada akhirnya didapatkanlah suatu kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Adib,Mohammad. 2011.
Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Achmadi, Asmoro. 2005.
Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Bakhtiar, Amsal.2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Jalaluddin dan Abddullah. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara
Syadali, Ahmad dan Mudzakir.1997. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Salam, Burhanuddin.
1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
Rineka
Cipta.
Suriasumantri, Jujun S.
1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka
Sinar Harapan.