Rabu, 08 Mei 2013

JARINGAN DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN


       I.                        PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang

Difusi inovasi merupakan langkah cerdas pemanfaatan jaringan sosial di masyarakat untuk selanjutnya terjadi adopsi inovasi sebagaimana yang dikehendaki oleh inovator. Inovasi dan perubahan merupakan dua kata yang tak terpisahkan. Dalam setiap inovasi terjadi perubahan, namun tidak semua perubahan disebut inovasi. Rogers (1983 : 11) menjelaskan, inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima meskipun sudah lama tahu.
Dalam prakteknya difusi inovasi tidak semudah memahami teorinya,sebab dalam difusi perlu adanya jaringan difusi yang membantu dalam menyebarkan sebuah inovasi. Jaringan difusi merupakan salah satu aspek yang dibutuhkan dalam sebuah inovasi dikarenakan tanpa adanya jariangan maka inovasi tersebut tidak akan berhasil sehingga dampaknya inovasi tersebut tidak berkembang.
Inovasi akan bermakna jika diterapkan atau diadopsi, sebab jika inovasi tersebut tidak diterapkan atau diadopsi maka inovasi tersebut hanya akan menjadi inovasi yang tidak berguna. Dalam upaya adopsi dikenal strategi sentralisasi dan strategi desentralisasi yang merupakan bagian dari jaringan difusi.
Manusia adalah makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari saling membutuhkan dan karenanya terjadi komunikasi, saling mempengaruhi. Kualitas informasi ditentukan oleh konten dan cara menyampaikannya serta kecocokannya dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.  Jaringan ini tumbuh dan menjadi sistem sosial di masyarakat yang sangat bermanfaat untuk melakukan disfusi inovasi. Perubahan akan terus terjadi, namun perubahan yang diharapkan adalah yang sesuai dengan inovasi terutama di bidang pendidikan.  



B. Rumusan Masalah
      1.  Apa pengertian dari jaringan difusi ?
      2.  Bagaimana alur model komunikasi dalam jaringan difusi ?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
  1. Pengertian dari jaringan difusi
  2. Alur model komunikasi dalam jaringan difusi

II. PEMBAHASAN
  1. Pengertian Jaringan Difusi
Jaringan dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa arti tergantung dalam konteks apa pengertian jaringan tersebut didefinisikan, misalnya jaringan bisa didefinisikan sebagai susunan sel khusus yang sama pada tubuh dan bersatu dalam menajalankan fungsi biologis tertentu. Didalam konteks lain pengertian jaringan bisa pula diartikan sebagai barang siratan yang berupa jaring atau dengan kata lain merupakan sinonim dari”jala-jala”. Arti jaringan yang lainnya adalah bagan yang menggambarkan tali temali kegiatan didalam suatu proyek dan sebagainya. Dalam istilah komunikasi definisi jaringan bisa berkaitan dengan sistem siaran yang terdiri dari sejumlah station radio yang dioperasikan oleh suatu organisasi induk dan yang sering menyiarkan program serupa pada waktu yang sama. Dengan demikian pengertian jaringan harus mengacu pada ruang lingkup apa? Agar definisinya bisa cocok dengan pokok pembicaraan.
Jaringan sosial adalah keterkaitan hubungan dan komunikasi antar individu dalam masyarakat yang disebabkan oleh berbagai kepentingan dan sebab. Jaringan sosial yang ada di masyarakat tersebut perlu dimanfaatkan sehingga menjadi jaringan difusi. Proses penyebaran informasi tentang inovasi sangat efektif jika didifusikan melalui saluran media massa. Namun untuk membujuk calon adopter agar segera membuat keputusan adopsi, peran media interpersonal menjadi lebih penting. Dalam tahapan yang disebut tahap persuasi itulah jaringan sosial yang ada dalam masyarakat sangat berguna bagi proses difusi inovasi.
  1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.

Terdapat  3 jenis komunikasi, yaitu : Komunikasi Formal, Informal, dan Non Formal. Komunikasi formal adalah suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan biasanya dilakukan di dalam lembaga formal melalui garis perintah atau sifatnya instruktif , berdasarkan struktur organisasi oleh pelaku yang berkomunikasi sebagai petugas organisasi dengan status masing - masing yang tujuannya menyampaikan pesan yang terkait dengan kepentingan dinas . Suatu komunikasi juga dapat dikatakan formal ketika komunikasi antara dua orang atau lebih yang ada pada suatu organisasi dilakukan berdasarkan prinsip - prinsip dan struktur organisasi .
Komunikasi Informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal , penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat seperti isu , gosip , atau rumor . Tentang komunikasi informal sebaiknya tidak dilakukan berdasarkan informasi yang masih belum jelas dan tidak akurat , carilah sumber informasi yang dapat dipercaya , selalu gunakan akal sehat dan bertindak berdasarkan pikiran yang positif .
Informasi dalam komunikasi informal biasanya timbul melalui rantai kerumunan di mana seseorang menerima informasi dan diteruskan kepada seseorang atau lebih dan seterusnya sehingga informasi tersebut tersebar ke berbagai kalangan . Implikasinya adalah kebenaran informasi tersebut menjadi tidak jelas atau kabur. Meski demikian komunikasi informal akan untuk memenuhi kebutuhan sosial, mempengaruhi orang lain dan mengatasi kelambatan komunikasi formal yang biasanya cenderung kaku dan harus melalui berbagai jalur terlebih dahulu .
Komunikasi Non Formal adalah proses komunikasi yang berada di antara yang formal atau resmi dengan yang tidak resmi atau informal . Komunikasi jenis ini biasanya berupa komunikasi yang berhubungan dengan hubungan pribadi.
Pengertian jaringan komunikasi menurut Rogers (1983) adalah suatu jaringan yang terdiri atas: individu-individu yang saling berhubungan, yang dilmbungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orng ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jarngan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistim komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang keorang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bias dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.

  1. Metode Jaringan Sosial
Ada beberapa metode utama yang dapat digunakan untuk meneliti jaringan sosial yang ada di masyarakat atau sistem sosial, yaitu dengan metode sosiometri dan dengan metode observasi.  Dengan metode sosiometri dapat diketahui hubungan antar individu dalam suatu sistem sosial. Dengan metode sosiometri dan juga dengan observasi partisipatoris dapat diketahui siapa saja individu-individu dalam suatu sistem sosial tersebut yang berperan sebagai pemimpin opini.
  1. Metode Sosiometri
Metode Sosiometri adalah suatu metode pengumpulan serta analisis data mengenai pilihan komunikasi dan pola interaksi antar individu dan kelompok. dapat dikatakan bahwa sosiometri adalah kajian dan pengukuran pilhan sosial, sosiometri disebut juga sebagai sarana untuk mengkaji "tarikan" (traction) dan "tolakan" (repulsion) anggota-anggota suatu kelompok.
Metoda sosiometri terdiri dari mencari adanya pertanyaan untuk responden (atau secara hipotetis masih mencari) untuk informasi atau tambahan tentang topik yang telah ditentukan, seperti halnya pada inovasi. Opini pemimpin bagi anggota suatu sistem diterima sebanyak-banyaknya menurut pilihan sosiometri (yang sering dilibatkan adalah jaringan yang jumlah mata rantainya paling banyak). Niscaya, teknik sociometri adalah ukuran opini pemimpin, karena terukur melalui para pengikutnya, bagaimanapun hal itu mengharuskan pertanyaan pada sejumlah besar responden dalam rangka menempatkan sejumlah kecil opini pemimpin. Dan metoda sociometri adalah yang paling sering digunakan untuk disain sampling di mana semua anggota sistem sosial diwawancarai, sedangkan sampel kecil di dalam suatu populasi besar dihubungi.
Hal yang umum untuk menetapkan banyaknya pasangan sosiometri yang disebut dengan responden; sebagai contoh, " yang ke tiga ( atau empat, atau lima) wanita di desa ini yang sudah anda berikan penjelasan tentang metode keluarga berencana?". Pada pertanyaan seperti itu pilihan jawaban tidak dibatasi , pertanyaan pada responden untuk hanya untuk menyebutkan mitra jaringan paling kuat. Mungkin yang lain lebih sedikit untuk bisa bertukar informasi jika responden mempersulit untuk tidak menerima inovasi.
  1. Metode Observasi
Alat  untuk mengukur opini pemimpin adalah observasi, di mana peneliti mengidentifikasi dan mencatat perilaku komunikasi dalam suatu sistem. Satu keuntungan observasi adalah pada umumnya data mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Jika mata rantai jaringan dengan baik diobservasi, ada setidaknya keraguan tentang apakah mereka dikutsertakan atau tidak. Pengamatan kerja terbaik pada sistem sangat kecil, di mana peninjau benar-benar dapat melihat dan merekam terjadinya interaksi hubungan antar pribadi. Sangat disayangkan, dalam sestem yang sedemikian kecil, teknik perpindahan-data sangat ditonjolkan dalam observasi ini. Sebab anggota suatu sistem mengetahui bahwa mereka diamati, mereka boleh bertindak dengan cara yang berbeda.Lebih lanjut, peninjau perlu mengamati dengan sabar, jika perilaku difusi jaringan yang ia ingin observasi ternyata jarang.  Dalam praktek, pengamatan, jarang digunakan ukuran difusi jaringan dan opini pemimpin.
Alat pengukuran paling populer adalah survei sosiometri. Ketika dua atau tiga jenis praktek opini pemimpin telah digunakan pada responden yang sama, korelasi positif pada ukuran telah diperoleh, walaupun hubungan ini sangat sedikit dibanding sempurna, ini menemukan pada kenyaat bahwa pilihan tentang segala sesuatu pada empat metode boleh jadi didasarkan pada kenyamanan, adanya keempat ukuran itu sama-sama valid.

  1. Alur model Komunikasi Dalam jaringan difusi.
Alur model komunikasi dalam jaringan difusi, secara umum terbagi menjadi dua macam:  
1.       The hypodermic Needle Model,
Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang homogen dan mudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu diterima. Fenomena tersebut melahirkan teori ilmu komunikasi yang dikenal dengan teori jarum suntik (Hypodermic Needle Theory). Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi seseorang. Media massa sangat perkasa dengan efek yang langsung pada masyarakat. Khalayak dianggap pasif  terhadap pesan media yang disampaikan. Teori ini dikenal juga dengan teori peluru, bila komunikator dalam hal ini media massa menembakan peluru yakni pesan kepada khalayak, dengan mudah khalayak menerima pesan yang disampaikan media.
Model ‘jarum hipodermik’ di mana secara postulat, media massa mempunyai pengaruh langsung, segera dan kuat pada individu-individu yang terkait dengan media massa, tapi tidak terkait satu dengan lainnya. Media masa di tahun 1940 dan 1950 dipersepsikan memiliki pegaruh yang kuat untuk merubah tingkah laku (behavior). Kedahsyatan media digambarkan sebagai pembawa pesan  untuk mengurai masa dari para individu (Katz and lazarsfeld). Kesimpulan tentang kekuatan media masa digambarkan dari beberapa peristiwa.
Teori ini makin powerfull ketika siaran radio Orson Welles (1938) menyiarkan tentang invansi makhluk dari planet mars menyebabkan ribuan orang di Amerika Serikat panik. Teori ini berkembang di sekitar tahun 1930 hingga 1940an. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yakni media massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih segalanya dari audience.
Teori ini memiliki banyak istilah lain. Biasa kita sebut Hypodermic needle (teori jarum suntik), Bullet Theory (teori peluru) transmition belt theory (teori sabuk transmisi). Dari beberapa istilah lain dari teori ini dapat kita tarik satu makna , yakni penyampaian pesannya hanya satu arah dan juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap komunikan.

2.       The two-step Flow Model
Pesan mengalir dari sumber via media massa ke pemimpin opini yang pada gilirannya menyampaikannya pada para pengikutnya. The first step, from media sources to opinion leaders, is mainly transfer of information, whereas the second step from opinion leaders to their followers, also involves the spread of interpersonal influence.  
Menurut teori Granovetter, individu cenderung terkait dengan orang yang secara fisik dekat dan menurut atribut-atribut seperti kepercayaan, pendidikan dan status sosial relatif sama (homofili; kontras dengan heterofili di mana atribut-atribut tersebut relatif beda). Duff dan Liu (1975) menyatakan bahwa dalam satu network komunikasi, pertukaran informasi dari satu clique (yang ditandai dengan promiximitas komunikasi tinggi) ke clique lain dijembatani oleh proximitas komunikasi rendah yang heterofili (misal, dari clique berstatus sosial tinggi ke clique berstatus sosial lebih rendah).
Model komunikasi dua tahap (two step flow of communication)
Sumber - Komunikasi - Pesan - Media Massa - Opinion Leader - komunikan. Dalam model, ketika pesan disampaikan oleh sumber atau media massa terjadi proses komunikasi massa. Tapi ternyata tidak semua orang memahami isi pesan yang disampaikan dan mempunyai akses ke media massa. Dalam model ini kemudian dikenal adanya opinion leader atau pemuka pendapat. Pemuka pendapat adalah orang yang memahami lebih isi pesan media massa, atau orang yang mempunyai akses yang lebih besar ke media massa dibandingkan dengan individu lain. Proses pertama, seperti yang dijelaskan sebelumnya, adalah proses komunikasi massa dan proses kedua dari opinion leader ke khalayak umum adalah proses komunikasi interpersonal.
Beberapa temuan lainnya ialah (a) Dalam network heterofili, pengikut cenderung mencari pemimpin opini yang mempunyai status sosial, pendidikan, ekspose ke media massa, tingkat keinovatifan, tingkat kekosmopolitan dan tingkat kontak dengan agen perubahan lebih tinggi, (b) pemimpin opini lebih sejalan dengan norma sistem dibanding dengan pengikutnya, (c) pemimpin opini dapat dibedakan menjadi polimorfis (mempunyai opini dalam banyak bidang) atau monomorfis (mempunyai opini hanya dalam satu bidang), dan (d) network personal radial (dari satu ke banyak orang) lebih penting untuk inovasi dibanding dengan network interlocking di mana individu saling berinteraksi.
a.      Homofili dan Heterofili
Prinsip pokok komunikasi antar manusia adalah bahwa pengalihan (transfer) ide yang umumnya terjadi antara dua orang yang sepadan atau homofilus. Homofili ada­lah sejauh mana orang yang berinteraksi itu ada kemiripan dalam ciri - ciri tertentu, seperti kepercayaannya, pendidikannya, status sosialnya, dan lainnya. Dalam suatu situasi yang bisa memilih, bila seseorang dapat berinteraksi dengan siapa saja yang dikehendaki, ada kecenderungan kuat orang akan memilih berkomunikasi dengan orang yang paling sepadan dengan dirinya. Banyak alasan berkait dengan prinsip homofili. Orang yang punya ke ­miripan satu sama lain biasanya menjadi anggota kelompok yang sama, tinggal dan bekerja di tempat yang berdekatan, dan memiliki minat yang sama. Kedekatan fisik dan sosial seperti itu memungkinkan terjadinya komunikasi yang homofilus. Komunikasi semacam itu mungkin lebih efektif, karena mengasyikkan. Kemung­kinan lebih efektif terjadi bila dua orang yang berkomunikasi itu homofilus (se­padan). Karena mereka bertukar istilah yang saling mereka mengerti, mengguna ­kan bahasa daerah, dan memiliki sifat?sifat pribadi dan sosial yang mirip. Ide mungkin mempunyai efek yang lebih besar dalam arti perole­han pengetahuan, pembentukan dan perubahan sikap, dan perubahan perilaku nyata. Bila ada kesepadanan, komunikasi antara dua orang mungkin akan lebih mengasyikkan.
Salah satu masalah penting dalam berkomunikasi inovasi adalah biasanya partisipannya sangat heterofilius. Agen pembaru umumnya secara teknis lebih kompeten daripada kliennya. Perbedaan ini seringkali membawa pada komunikasi yang tidak efektif. Mereka tidak berbicara dengan “bahasa” yang sama. Memang, bila dua orang identik pemahaman dan pengalamannya tentang inovasi, akan tidak terjadi difusi dalam interaksi mereka sebab tidak ada informasi baru yang dipertukarkan. Sifat difusi menuntut setidak-tidaknya ada beberapa tingkat heterofili antara dua orang yang berkomunikasi. Idealnya, agen pembaru dan kliennya sepadan (homofili) dalam variabel?variabel lain (misalnya pendidikan, status sosial, dan sebagainya) tetapi heterofili dalam hal inovasi. Biasanya heterofili yang terjadi pada dua orang yang terlibat dalam komunikasi inovasi menyangkut semua aspek, karena pengetahuan dan pengalaman tentang inovasi tersebut berkaitan erat dengan status sosial, pendidikan dan sebagainya.
Kebanyakan orang meyukai keindahan berinteraksi dengan orang lain yang sangat mirip dengannya.  Berbincang dengan orang yang sangat berbada dengan diri kita sendiri memerlukan usaha keras agar komunikasi itu lancar. Komunikasi yang heterofilus bisa menyebabkan ketakserasian pandangan karena seseorang dihadapkan pada pesan -pesan yang tidak cocok dengan kepercayaan-kepercayaan yang ada, menyebabkan keadaan psikolgis yang tidak baik. Homofili dan komunikasi yang efektif itu saling mendukung. Semakin sering terjadi komunikasi antara anggota suatu pasangan,semakin cenderung mereka menjadi homofilus,semakin homofilus mereka semakin besar kemungkinan komunikasi mereka efektif.Orang-Orang yang menerobos batas–batas homofili dan berusah berkomunikasi tetapi komunikasi heterofilus punya kelebihan berupa kesanggupan informasi khusus.

III.             PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Pada jaringan difusi metode utama yang dapat digunakan untuk meneliti jaringan sosial yang ada di masyarakat atau sistem sosial, yaitu dengan metode sosiometri dan dengan metode observasi. Alur model komunikasi dalam jaringan difusi, secara umum terbagi menjadi dua macam yaitu :  Hypodermic Needle Model yaitu Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi seseorang. Media massa sangat perkasa dengan efek yang langsung pada masyarakat. Khalayak dianggap pasif  terhadap pesan media yang disampaikan. The two-step Flow Model yaitu model komunikasi dua tahap (two step flow of communication) Sumber - Komunikasi - Pesan - Media Massa - Opinion Leader - komunikan. Dalam model, ketika pesan disampaikan oleh sumber atau media massa terjadi proses komunikasi massa.





REFERENSI

                        Purwanto (2000), Difusi inovasi , Jakarta :STIA LAN
            Udin , Syaefudin Sa’ud2011) Inovasi Pendidikan Bandung : Alfabeta CV
 Rogers, Everet M Rogers.2003.Diffusion of Innovation New York : Free Press
Rogers, Everet M. 1983. Diffusion of Innovations 3th ed.  New York: The Free Press, Macmillan Publishing Co., Inc.
            Sumber : http//pepyteknokra.wordpress.com/2013/05/06/model-komunikasi/
            Sumber : http//jurusankomunikasi.blogspot.com/2013/05/06/model-komunikasi-menurut-para-ahli.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar